Laman

Rabu, 24 Februari 2010

Mengatasi Mabuk Perjalanan

Oleh: Mila Prayitno
Harian SUARA KARYA, 7 Desember 1989

Pada mulanya saya merasa kesal bila dalam perjalanan menggunakan kendaraan umum menjumpai orang yang mabuk, satu-dua orang muntah-muntah. Tapi akhirnya pemandangan yang membuat risih itu saya anggap biasa saja, saya bisa memakluminya dan rasanya ikut menanggung beban penderitaan mereka-mereka yang sedang mabuk dalam kendaraan setelah saya mengalami sendiri, yaitu anak saya. Padahal sebelumnya ketika anak saya belum berusia dua tahun tidak pernah mengalami mabuk perjalanan. Sekarang setelah anak saya berusia 6 tahun jika mau bepergian selalu dibingungkan oleh kebiasaan mabuknya yang tidak ketulungan. Bayangkan, untuk perjalanan yang cuma berjarak tempuh 4 jam saja anak saya mengalami muntah-muntah sampai 4-6 kali. Padahal naik kendaraan ber-AC, tentunya frekuensi muntahnya akan lebih sering lagi bila naik kendaraan umum.
Atas pengalaman yang menimpa anak saya itulah kemudian saya rajin baca-baca buku dan majalah kesehatan yang mengupas tentang mabuk perjalanan. Dari bahan-bahan tulisan yang saya sarikan dari sana-sini itu barangkali ada manfaatnya bagi pembaca

MENGAPA MUNTAH-MUNTAH
Mabuk perjalanan (travel sickness) biasa ditandai dengan pusing kepala, mata berkunang-kunang, perut mual yang akhirnya kemudian muntah. Muntah-muntah pada suatu perjalanan dalam kendaraan bukan monopoli anak-anak saja, tapi bisa juga terjadi pada orang dewasa. Yang hampir dapat dipastikan yaitu anak di bawah umur dua tahun atau yang masih bayi jarang mengalami mabuk perjalanan, sehingga tidak perlu diberi obat mabuk. Hal ini perlu diingat karena kurang baik sembarangan memberikan obat kalau memang obat itu pada dasarnya tidak diperlukan oleh yang bersangkutan.
Muntah itu sendiri merupakan suatu kerja refleks. Terjadinya muntah secara umum disebabkan oleh adanya rangsangan, seperti perut kembung, rasa jijik, gelisah, iritasi lokal pada ujung tenggorokan, lambung, kerongkongan, gangguan pada otak, pengaruh emosional dan gangguan keseimbangan pada indera pendengar.
Rangsangan ini kemudian diteruskan ke otak melalui serabut saraf simpatis dan saraf vagus yang kemudian oleh “chemoreceptor trigger zone" dan "vomiting centre" (pusat muntah). Selanjutnya otak mengisyaratkan pada otot-otot perut dan diafragma untuk berkontraksi sehingga timbul muntah. Bila telah terjadi muntah pemberian obat sudah tidak efektif lagi. Muntahnya akan tetap berlangsung, apalagi jika diberi makan atau minuman, muntahnya akan bertambah banyak karena makanan yang masuk akan dikeluarkan lagi. Untuk itu memang sebaiknya dilakukan pemberian obat sebagai tindak pencegahan sebelum menempuh perjalanan.

PEMILIHAN OBAT
Pada mabuk perjalanan, pergerakan kendaraan yang ditumpangi bisa mempengaruhi organ kesetimbangan telinga dan merangsang pusat muntah di otak. Akibatnya timbul pusing-pusing, rasa mual yang disertai keluarnya keringat dingin, ingin meludah terus, jantung berdenyut keras, rasa mau muntah dan akhirnya muntah beneran.
Sebelum menentukan obat apa yang akan digunakan untuk mencegah terjadinya mabuk perjalanan, perlu diketahui terlebih dahulu beberapa hal. Misalnya obat yang akan diberikan untuk konsumsi orang dewasa atau anak-anak. Jika diperuntukkan bagi anak-anak harus diketahui berapa umurnya untuk menentukan dosis yang tepat, dan memilih bentuk sediaan obat yang cocok dan disukai. Untuk anak-anak pemberian obat anti mabuk yang mudah diterima mereka adalah yang berbentuk tablet bersalut gula atau sirop, misalnya emetrol.
Biasanya seseorang mengalami mabuk bila menumpang jenis kendaraan tertentu saja. Misalnya bila naik bus ia akan mabuk, tetapi jika naik kereta api tidak. Di dalam kendaraan ada baiknya orang yang suka mengalami mabuk mengambil tempat duduk di dekat jendela atau duduk di kursi depan agar bisa melihat pemandangan luas dan tidak terlalu keras mendapat goncangan. Hal ini dapat membantu menetralkan rangsangan yang bertentangan dengan yang biasa diterima otak sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya mabuk perjalanan. Waktu pemberangkatan dan lamanya perjalanan juga harus diperkirakan sebelumnya agar dapat ditentukan kapan mulai minum obat dan apakah perlu pengulangan selama dalam perjalanan.
Ada beberapa pilihan obat untuk mencegah terjadinya mabuk perjalanan. Obat tersebut termasuk dalam kategori obat yang disebut anti-emetika (antimuntah). Beberapa diantaranya merupakan obat antikolinergika (Hiosina Hidrobromida), antihistamine (Dimenhidrinat, Sinarizina, Prometazina teoklat, Siklizina, Meklozina) dan emetrol.
Berikut ini adalah spesifikasi dari masing-masing bahan yang disebutkan di atas, Hiosina Hidromida sangat efektif untuk mencegah mabuk perjalanan, hanya saja seperti halnya antikolinergika lainnya obat ini mempunyai efek samping mengantuk, mulut kering, sulit buang air besar dan penglihatan kabur. Karena itu tidak cocok bagi pengemudi kendaraan. Obat ini dapat diberikan pada anak-anak usia 3 tahun ke atas, dan sebaiknya diberikan 20 menit sampai satu jam sebelum melakukan perjalanan. Karena efektivitas obat ini pendek, maka perlu diulang sesudah 6 jam pemberian obat pertama bila diperkirakan perjalanan yang akan ditempuh memakan waktu lebih dari 8 jam.
Dimenhidrinat (Difenhidramin teoklat) di Indonesia sebetulnya sudah dikenal luas karena dapat diperoleh secara bebas. Meski demikian sebetulnya obat ini termasuk golongan obat bebas terbatas nomor satu, artinya dapat diperoleh tanpa resep dokter tetapi harus dipatuhi benar aturan pakainya. Di pasaran obat ini lebih dikenal dengan nama dagang: Antimo, Dramamine, Travon, Wisatamex, Contramo, dan Amocaps. Semuanya berbentuk tablet kecuali Amocaps yang berbentuk kapsul. Obat-obat jenis ini sebaiknya diminum setengah jam sebelum berangkat. Efektivitasnya sekitar 4-6 jam. Untuk orang dewasa setiap kali minum satu tablet / kapsul, sedangkan untuk anak usia 8 - 12 tahun setengah tablet dan anak usia 5-8 tahun seperempat tablet. Efek samping yang ditimbulkan obat ini adalah mengantuk.
Sedangkan Sinarizina adalah suatu antihistamine yang mempunyai aktivitas antikolinergika, yaitu dapat menghambat pelepasan Asetilkolin dari ujung saraf. Asetilkolin adalah merupakan penghantar informasi untuk terjadinya efek pada pusat muntah di otak. Dengan demikian penghambatan pelepasan Asetikolin akan mencegah terjadinya muntah. Kegunaan obat ini yang utama ialah untuk pengobatan mual dan muntah serta pencegahan mabuk perjalanan. Sinarizina dapat diberikan pada anak-anak di atas usia 5 tahun dengan dosis sekali minum setengah tablet, untuk orang dewasa satu tablet. Nama dagang yang dipasarkan: Stugeron dan Cinnipirine. Bisa diperoleh hanya dengan resep dokter. Yang perlu diketahui adalah, obat ini tidak diperbolehkan dikonsumsi wanita hamil.
Jadi, pada dasarnya orang yang memiliki kecenderungan sering mengalami mabuk perjalanan dapat dilakukan pencegahan sebelumnya dengan pemilihan obat yang didasarkan pada beberapa faktor, seperti efektivitasnya, bentuk sediaannya (tablet, kapsul atau sirop), lama perjalanan, jangka waktu bekerjanya obat, dsb. Jika dengan obat-obat tersebut ternyata efektif, itu lebih baik, dapat melakukan pengobatan sendiri. Tapi bila dengan obat bebas tidak mengalami kecocokan sebaiknya konsultasi dengan dokter agar tidak menimbulkan efek yang merugikan kesehatan.

3 komentar:

  1. Sangat bermanfaat gan. Terimakasih.
    Regard, Modifikasi Vixion.

    BalasHapus
  2. Assalamu'alaikum..
    Langsung aja, bapak saya pernah minum obat dramamin sblm naik bis utk mencegah mabuk kendaraan. Tetapi saat naik bis, bapak mengeluh tidak bisa kencing, dan sakitnya sangat menyiksa sampai 2 ÷ 3 hari. Padahal sebelumnya bapak tdk ada keluhan dengan kencing. Saat ini, bapak kembali terkulai lemaz & istirahat di toilet masjid Jami' Amar Ma'ruf, Bulak Kapal - Bekasi. Ini karena beliau setelah naik bis dari Madiun - Jatim.
    Setelah diingat ingat, krn sebelum naik bis beliau minum dramamin.

    Mohon share bantuan dan pertolongan atau sekedar informasinya, obat yg dapat menetralkan efek obat dramamin apa ya?
    Terima kasih atas bantuannya,

    BalasHapus