Laman

Senin, 01 Februari 2010

Bahaya 'hubungan'pada bulan-bulan terakhir kehamilan?

Mingguan MIMBAR KARYA, 6 MEI 1990

Ada pendapat bahwa hubungan kelamin yang dilakukan pada bulan-bulan terakhir kehamilan mengandung risiko besar. Seperti anak dapat lahir sebelum waktunya atau dapat terjadi infeksi cairan ketuban.

Walaupun tidak selalu, hubungan kelamin dapat menyebabkan terjadinya orgasme (titik kepuasan) pada ibu. Pada saat orgasme ini, rahim akan ikut berkontraksi secara berirama dengan tenggang waktu 0.8 detik. Semakin sering hubungan kelamin itu dilakukan, kemungkinan terjadinya orgasme akan semakin besar dan akan semakin sering jugalah "rumah" si janin terguncang-guncang akibat terjadinya kontraksi rahim itu. Itulah sebabnya, janin menjadi tidak betah berdiam di rumah yang sering mengalami gempa ini dan menuntut cepat-cepat keluar.
Bersamaan dengan keluarnya air mani pria, dikeluarkan juga suatu zat yang disebut zat prostaglandin. Walaupun tidak banyak, zat ini juga dapat mengakibatkan terjadinya "gempa" tadi. Mungkin Anda telah mengetahui apa bahayanya bila janin keluar sebelum waktunya atau prematur. Semakin muda usia kandungan, akan semakin besar kemungkinan pembentukan alat-alat tubuhnya belum sempurna betul, dan fungsi alat-alat tubuh itu belum optimal. Maka besar kemungkinan terjadinya cacat bawaan, angka sakit dan angka kematian yang jauh lebih besar daripada bayi-bayi yang dilahirkan cukup bulan.
Masih ada lagi bahaya lain, yaitu infeksi cairan ketuban. Pada saat mengadakan hubungan kelamin, penis lelaki akan mendorong puluhan ribu bahkan jutaan kuman-kuman (yang dalam keadaan normal memang terdapat di dalam dinding vagina), masuk ke dalam rahim, bergerombol pada dinding luar placenta dan bisa menyebabkan terjadinya infeksi pada cairan ketuban. Bayi-bayi ini akan dilahirkan prematur dan mungkin segera meninggal karena masuknya kuman-kuman ini ke dalam paru-paru dan aliran darahnya, dan menyebabkan proses peradangan di sana.
Mungkin akan besar manfaatnya menunda keinginan untuk melakukan hubungan kelamin di saat-saat seperti ini. Namun apabila keinginan itu tidak tertunda lagi, pergunakanlah kondom atau bilaslah daerah sekitar vagina dengan cairan antiseptik segera setelah usai.
Tinggi rendahnya frekuensi "hubungan" antara sepasang suami istri dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu. Di antaranya usia pernikahan, umur kedua suami istri, beberapa penyakit, stamina dan vitalita energi, keadaan gizi dan naluri libido. Semakin lama usia pernikahan biasanya semakin menurun tingkat frekuensi koitus.
Tidak setiap wanita mempunyai suami yang libidonya sama. Ada wanita yang kebetulan suaminya berlibido rendah, sehingga frekuensi "hubungan" mereka juga rendah. Bahkan hubungan tidak terjadi, jika pihak suami tidak mengajak. Artinya keinginan "hubungan" lebih sering datang dari pihak istri. Tetapi tidak sedikit wanita mempunyai libido tinggi sekali, sehingga frekuensi "hubungan" mereka pun tinggi. Ada wanita yang tidak pernah semalam pun baginya berlalu tanpa merasakan degupan jantung suaminya.
Ada sebagian orang yang menganggap bahwa nafsu seks (libido) wanita akan menurun atau bahkan lenyap, jika ia sedang hamil, terutama jika hamil berat. Anggapan ini tidak benar. Secara biologik, adanya darah dalam jumlah banyak pada alat kelamin wanita hamil, biasanya akan menyebahkan meningkatnya keinginan seks. Selain itu, elastisitas dinding vagina pada hamil muda, memberikan stimulasi khusus terhadap suami.
Anda sendiri dapat merasakan hal tersebut pada diri Anda, apakah libido Anda menurun ketika hamil, atau justru semakin bertambah.
Kebanyakan wanita melaporkan bahwa mereka baru dapat menikmati koitus yang lebih sempurna, setelah mereka hamil. sebelum hamil, mereka tidak begitu dapat menikmati seks dengan sempurna. Bahkan mengalami orgasme pun jarang. Tetapi setelah hamil, mereka lebih berhasil mencapai orgasme. Salah satu faktor penyebabnya
menurut sementara penyelidikan ialah karena kedua belah pihak (suami istri) bebas dari perasaan khawatir kalau-kalau hubungan seks yang mereka lakukan akan menghasilkan kehamilan.
Tetapi ada pula wanita yang timbul naluri keibuannya ketika hamil, hal mana menyebabkan ia menekan keinginan seksnya. Tetapi penekanan keinginan seks ini sering tak menyebabkan menurunnya libido.
Selain itu, ada wanita yang percaya akan tahyul, bahwa bayinya akan lemah (setelah lahirnya), jika kepala bayi tersebut terkena alat kelamin ayahnya. Juga ada yang merasa takut keguguran, jika ketika hamil, dilakukan "hubungan".
Pada wanita tertentu, di saat hamil, dinding vagina terlalu lunak untuk berhubungan seks, sehingga kedua belah pihak hampir-hampir tidak merasakan adanya stimulasi. Perasaan menyenangkan menjadi sangat berkurang, sehingga keinginan seks dapat menjadi lenyap karenanya.
Jadi tidak selamanya wanita hamil mengalami peningkatan libido. Ada juga yang menurun dan ada juga yang libidonya tetap seperti biasa, tidak ada perubahan.

Bagi wanita-wanita yang sering miskram atau melahirkan sebelum waktunya (prematur) dan telah sering hamil perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Hubungan seks sebaiknya dibatasi frekuensinya hanya sekali setiap minggu, jika kehamilan telah berusia 5 bulan, dan 3 kali setiap bulan, jika usia kehamilan telah 8 bulan. Setelah usia kehamilan 9 bulan, Anda perlu berusaha memberi suami Anda pengertian agar ia bersabar hingga 40 hari setelah Anda melahirkan.
Posisi bersenggama harus diubah-ubah, sesuai dengan keadaan dan perkembangan kandungan. Kemudian pihak pria harus mengurangi gerakan-gerakan yang keras, sedang pihak wanita sebaiknya jangan turut melakukan gerakan-gerakan.
Stimulasi pads alat genitalia wanita harus dihentikan dan diganti dengan stimulasi-stimulasi pada buah dada. Stimulasi pada buah dada selama hamil bisa merupakan persiapan untuk perawatan bayi. Sebab penyedotan dimaksud memperkuat kulit payudara dan menariknya keluar.
Jika suami Anda membutuhkan koitus di atas batas frekuensi yang wajar, Anda sebaiknya berusaha meredakan ketegangan libidonya dengan jalan melakukan stimulasi terhadap dirinya, sehingga peredaran ketegangan libido dapat dilakukan. Karena menolak permintaannya secara kasar, akan menimbulkan keadaan buruk bagi kehidupan pernikahan anda berdua.
Melakukan hubungan seks ketika hamil memang adakalanya aman.Tetapi ada kalanya menimbulkan bahaya-bahaya tertentu, terutama jika hubungan seks tersebut dilakukan setelah hamil tua.
Keguguran dapat terjadi saat itu. Bayi dalam kandungan, bisa terganggu, terutama jika goncangan-goncangan terlalu keras. Oleh karenanya, koitus sebaiknya dihentikan setelah usia kehamilan di atas 6 bulan. (n).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar