Laman

Sabtu, 19 Juni 2010

Mendeteksi Karsinogenik

Mendeteksi Karsinogenik
Oleh
M. Denny Fardhan
Mingguan MIMBAR KARYA, Minggu IV Juni 1996
Istilah Karsinogenik semakin sering kita dengar, dan biasanya ini dihubungkan dengan berbagai macam zat kimia. Zat-zat kimia tertentu memang dapat menyebabkan atau merangsang timbulnya kanker, tapi jangan gegabah menganggap semua zat kimia dapat menyebabkan kanker.
Memang benar, bahwa semua zat kimia dapat menjadi racun bagi tubuh bila jumlahnya terlalu banyak. Namun apabila zat kimia ini dalam jumlah yang tepat dan dalam komposisi yang besar, maka zat kimia akan merupakan bahan yang sangat berguna bagi tubuh. Jadi tidak semua zat kimia dapat dianggap sebagai zat Karsionogenik. Hanya zat-zat kimia tertentu saja yang memang terbukti merupakan penyebab kanker.
Zat Karsinogenik adalah zat yang menyebabkan timbulnya tumor, yaitu pertumbuhan jaringan tubuh yang tidak normal. Ini mungkin tidak berbahaya, tetapi dapat juga bersifat sangat ganas. Tumor yang tidak berbahaya ditunjukkan dengan pertumbuhannya yang lambat, sedangkan tumor yang ganas sering juga disebut dengan kanker. Dia dapat tumbuh dengan cepat atau lambat dan umumnya pertumbuhannya adalah irreversible (tak membalik). Kanker menyerang dan menghancurkan jaringan sekelilingnya.
Apakah yang menyebabkan kanker? Badan Kesehatan Dunia WHO memperkirakan bahwa, 80-90% faktor genetik (keturunan) atau juga virus. Sedang yang termasuk dalam faktor lingkungan 10% (radiasi matahari, radioaktif dan faktor lingkungan) yang lebih dari 10-15% disebabkan karena polusi lingkungan.
Di masyarakat sekarang ini, terdapat kekhawatiran tentang beberapa zat kimia yang diduga dapat menyebabkan kanker. Sekitar 30 jenis senyawa kimia telah diketahui menyebabkan kanker pada manusia, sekitar 300 jenis senyawa kimia dapat menyebabkan kanker pada binatang, dan perlu dicatat bahwa senyawa-senyawa tersebut sering digunakan sehari-hari.
Meski biasanya zat yang dari alam lebih aman, namun tidak semua karsinogen adalah senyawa sintetis, banyak juga yang berasal dari alam, tetapi dapat menjadi penyebab kanker juga. Misalnva safrole dalam sassafran dan aflatoksin adalah zat yang diproduksi oleh kapang (sejenis mikroba) dalam makanan, mereka merupakan zat-zat alami, tetapi karsinogenik.
Kebanyakan yang lebih dikenal sebagai karsinogen adalah polisiklik aromatis hidrocarbon dan yang paling dikenal adalah 3,4 benzenpyrene. Hidrokarbon karsinogenik terbentuk karena pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-bahan organik. Ini banyak ditemukan dalam rokok, asap mobil, kopi dsb. Sehingga bahan-bahan makanan ini hampir dapat dipastikan merupakan penyebab kanker. Namun begitu tidak semua polosiklik aromatis  hidrokarbon Buadalah karsinogen, tergantung dari bentuk dan ukuran molekulnya.
Kelas senyawa lain yang penting sebagai karsinogen adalah amina-amina aromatis, 2 diantaranya yang terpenting yaitu B-naphtylamine dan benzidine. Senyawa-senyawa ini antara lain sering digunakan dalam industri zat warna. Zat-zat ini menyebabkan kanker yang parah di antara para pekerja yang sering kontak dan menghirupnya dalam waktu yang lama.
Kebanyakan zat warna dari jenis amino azo diketahui merupakan karsinogen, tetapi ternyata zat-zat warna ini masih sangat sering digunakan oleh masyarakat kita untuk zat pewarna makanan dan juga keperluan sehari-hari yang lain. Padahal zat warna ini lebih tepat digunakan sebagai zat warna tekstil.
Kelompok lain di luar senyawa aromatis adalah zat kimia alifatis, antara lain dimeril nitosamin, vinil klorida (digunakan dalam pipa pralon PVC, poly vinil chlorida), dan etyl karbamat. Ada juga yang dari heterosiklik yaitu yang mengandung oksigen dan nitrogen, misalnya epoksida dan turunannya dari ethilenimene, dan yang lain adalah ester yang disebut lactones.
Bagaimana zat-zat kimia tersebut dapat menyebabkan kanker belum dapat diketahui dengan pasti, karena mekanisme dan aksinya sangat bervariasi, bergantung kepada struktur kimianya. Beberapa zat kimia memodifikasi DNA, sehingga mengacaukan replikasi sel, atau juga sintesis proteinnya. Sebagai contoh aflatoksin-B akan mengikat residu-residu guanin dalam DNA sehingga akan terjadi kekacauan dalam mekanisme kerja DNA. Namun sekali lagi, bagaimana langkah ini dapat menyebabkan kanker masih belum diketahui dengan pasti.
MENDETEKSI KARSINOGEN
Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana kita dapat mengetahui suatu zat kimia adalah Karsinogen bagi manusia. Hal ini penting karena, sampai sekarang ini masih terjadi perbedaan pendapat dalam menentukan sesuatu zat itu karsinogen atau tidak.
Perbedaan pendapat ini dapat dimaklumi karena untuk membuktikan hal tersebut, tentu sangat sulit, karena kita tidak dapat mencobakan langsung pada manusia. Siapa yang bersedia menjadi 'manusia percobaan’, dan kalau pun ada yang bersedia ini merupakan pelanggaran kode etik dalam penelitian. Namun bukan berarti bahwa tidak ada cara pendekatannya. Cara yang sudah lazim dikenal untuk mendeteksi senyawa karsinogenik ada tiga, yaitu:
1. Tes Binatang (Animal Test)
Zat kimia yang diduga penyebab kanker dicobakan pada binatang. Tes dapat dilakukan dengan menggunakan dosis rendah pada jutaan tikus, dan karenanya biayanya sangat mahal. Sehingga biasanya tes menggunakan dosis yang lebih besar, dan dilakukan hanya pada 30 tikus atau lebih, dan sejumlah yang sama dari tikus sebagai grup kontrol/pembanding.
Kedua kelompok ini mendapat diet dan lingkungan yang sama, tetapi hanya pada kelompok yang diuji mendapat tambahan dosis zat kimia yang diuji. Dengan adanya hewan kontrol, maka dapat diambil kesimpulan dengan membandingkan kedua kelompok perlakuan tersebut. Bila kejadian kanker pada hewan eksperimen jauh lebih besar daripada hewan kontrol, maka dapat disimpulkan bahwa senyawa yang diuji adalah karsinogen.
Meskipun begitu hasil ini tidak dapat memastikan bahayanya bagi manusia, karena dosisnya tidak dapat dibandingkan langsung dengan manusia. Namun sebagaimana berbedanya metabolisme antara manusia dan binatang atau sebaliknya, ada hubungan yang baik antara tes binatang dengan hasil pada manusia.
2. Dengan Mempelajari Populasi Epidemiologis.
Cara yang paling baik untuk pembuktian bahwa suatu substansi menyebabkan kanker pada manusia dapat diperoleh dari mempelajari epidemi biologisnya. Suatu populasi yang mempunyai rata-rata penderita kanker di atas normal, dipelajari faktor-faktor yang sama dari populasi tersebut sebagai latar belakangnya. Ini adalah salah satu cara mempelajari yang mudah, untuk mencari penyebab dari suatu wabah pada suatu populasi.
Dengan cara ini pula, dapat dibuktikan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru, vinil klorida menyebabkan kanker hati, dan juga asbes menyebabkan pada saluran pernafasan. Studi ini memerlukan penguasaan analisa matematis yang terampil. Namun sering dengan cara ini tidak ditemukan faktor yang tepat dari penyebab kanker itu sendiri, karena banyaknya kemungkinan-kemungkinan lain yang dapat mempengaruhi ketepatan dalam penentuan.
3. Dengan Mempelajari Mutagenesis Pada Bakteri
Cara ini dikembangkan oleh Bruce N Ames dari Berkley, tes ini menggunakan varian dari bakteri Salmonella thiphimurium untuk menguji mutasinva (perubahan dalam gen). Percobaan ini sederhana dan relatif tidak mahal. Namun ketepatannya kurang, bila dibandingkan dengan cara di atas.
Dari beberapa zat kimia yang menimbulkan mutagen (perubahan dalam gen), ternyata karsinogen. Tetapi perlu dicatat bahwa 90% dari zat yang Carsinogen akan menimbulkan mutagenesis.
Dan yang penting lagi adalah, zat kimia itu sendiri mungkin tidak karsinogenik, tetapi setelah metabolisme bisa saja menjadi karsinogen, maka untuk mengatasi hal ini digunakan tes menggunakan tiruan metabolisme dari urin dan feses.
Untuk kasus-kasus tertentu cara Ames ini dapat digunakan sebagai pendahuluan, dan bila diperlukan dilanjutkan dengan tes hewan dan studi epidemiologis.
Jelaslah sekarang bahwa ketakutan terhadap semua zat-zat kimia menjadi penyebab kanker tidaklah beralasan namun untuk zat-zat yang telah terbukti dapat menimbulkan kanker yang mungkin bukan hanya pada diri kita, tapi juga pada keturunan kita, perlu kita hindari. (MK/AT).

Kabar Gembira Bagi Pengidap Kanker

Keajaiban Baru Pengobatan Kanker
Mingguan MIMBAR KARYA, Minggu I Juli 1996

Ini cerita terbaru dan menggembirakan bagi pengidap penyakit kanker. Biasanya orang yang kena kanker, harapan untuk penyembuhannya sangat tipis, karena kanker termasuk jenis penyakit ganas yang tak mengenal ampun kepada penderitanya.
Enam tahun lalu, Melvin A. Francis dinyatakan dokter menderita kanker kerongkongan. Ini adalah kanker yang diderita 12 ribu rakyat. Amerika setiap tahun. Penyakit tersebut telah membuat 95 persen penderitanya mati dan lima persen kehilangan suara.
Tak heran jika direktur perusahaan manufaktur ini mencari dokter terbaik, Dr. Bergein E Overholt, untuk mengobati penyakitnya. Tetapi, apa daya? Menurut Bergein, satu-satunya jalan hanyalah membuang sebagian kerongkongan dengan operasi. Dengan begitu kankernya dijamin sembuh. Namun, Melvin bakal tak pernah makan secara normal lagi.
Untungnya, Bergein memberi alternatif lain. Metode penyembuhan alternatif yang masih dalam percobaan. Namanya photo-dynamic therapy (PDT). Jadilah Melvin kelinci percobaan pertama.
Mula-mula, Bergein menyuntik Melvin dengan fotofrin, yaitu obat fotosensitif yang akan terakumulasi dalam sel-sel kanker. Tiga hari kemudian, dokter membuang tumor itu menggunakan sinar laser merah bertenaga rendah selama 30 menit. Hasilnya, sel kanker hilang, jaringan sekitar kanker tidak ikut terbakar.
Yang mengejutkan, sore bari setelah operasi, Melvin diperbolehkan pulang. Kini Melvin dinyatakan babas kanker. "Bahkan, saya tak berpantang makan apa pun. Termasuk lombok," ujamya seperti ditulis Business Week.
Keajaiban ini tak hanya milik Melvin. Tetapi juga dialami penderita uji coba dari Jepang, Eropa dan Amerika. Pakar kanker pun menganggap PDT sebagai terapi kanker masa depan. Bahkan, Desember kemarin, FDA (POMnya Amerika) menyetujui penggunaan fotofrin dalam pengobatan kanker kerongkongan tingkat lanjut.
Sedangkan Depkes Jepang, April lalu, mengesahkan penggunaan fotofrin sebagai terapi awal kanker paru-paru, kerongkongan, perut, dan mulut rahim. Tindakan kedua negara ini kemudian diikuti Perancis, Kanada dan Belanda.
Sebetulnya, PDT lebih dari terapi kanker. Karena obat foto sensitif ini mampu berakumulasi di sel-sel yang pertumbuhannya ekstra cepat, bukan hanya di sel kanker. Para peneliti menduga, PDT dapat juga digunakan mulai pada psoriosis hingga penyakit degeneratif pada mata.
Meski kehebatannya sudah terbukti nyata, PDT masih diragukan banyak pihak. Memang PDT menunjukkan banyak keunggulan misalnya memperpendek waktu perawatan di RS. Kalau penderita kanker paru biasa butuh 5 - 10 hari dirawat di RS setelah operasi, dengan PDT cukup sehari.
PDT nyaris tanpa efek samping kecuali membuat penderita lebih peka terhadap sinar matahari. Namun ini dapat diatasi dengan menyuruh mereka menghindari matahari empat sampai enam minggu. Tidak seperti pengobatan kanker dengan kemoterapi atau radiasi. Kedua terapi ini membuat penderitanya merasa mual, muntah, hingga mengalami gangguan kekebalan badan. Namun, PDT tak mampu membuang kanker sampai ke akarnya. Terutama yang sudah bermetastase ke seluruh tubuh. Apalagi, fotofrin memiliki keterbatasan, tak mampu menyebar ke bagian tubuh yang dalam.
Kemampuan PDT diakui hanya untuk terapi kanker pada tahap awal. Kecuali pada kanker kerongkongan. Namun, menurut Dr. Charles J. Lightdale, direktur klinik gastroenterologi di Pusat pengobatan Presbyterian Columbia, PDT dapat menghilangkan kanker kerongkongan untuk sementara waktu, sebelum kambuh kembali. "Setidaknya membuat penderita kanker senang di saat tertentu," ujarnya ringan.
Sedangkan di klinik kanker Jepang, PDT mampu membuang kanker paru stadium awal hingga 90 persen. Meski hanya 80 persen untuk kanker kerongkongan, perut, dan mulut rahim.
Sementara itu, pengobatan PDT memberikan hasil yang berbeda di klinik kanker Mayo, Jacksonville. Sekitar 43 persen penderita kanker paru pada stadium awal, berpeluang babas kanker selama 5 tahun seteiah diobati dengan PDT.
Selain kanker kerongkongan, paru, perut, dan mulut rahim, PDT diharapkan dapat mengobati kanker mulut, lambung, kerongkongan, lidah. Juga kanker kulit, prostat, dan otak.
Bahkan kini, para ahli berusaha menggunakan PDT untuk mengobatan penyakit mata yang dikenal dengan AMD (age related macular degeneration).
Perlu diketahui AMD menyebabkan kebutaan pada manula di atas umur 60 tahun. Lebih dari 100 ribu manusia AS terkena penyakit ini dan hanya 20 persen yang bisa diselamatkan dari kebutaan. (Mdk).

Taburkan Jamur Sayang

Mingguan MIMBAR KARYA, Minggu V Juni 1996

Seorang biolog dari Purwokerto menemukan jamur untuk membasmi nyamuk demam berdarah. Jamur L. gigantium ini aman buat manusia, bisa disebarkan seperti ragi.
Siasat perang menghancurkan pesawat tempur musuh selagi mereka belum terbang bisa dipakai untuk membasmi nyamuk demam berdarah. Caranya, bukan dengan menyemprotnya selagi tidur malam hari, karena nyamuk jenis ini beroperasi siang bolong. Tapi membinasakan nyamuk itu selagi belum mampu terbang.
Cara ini pula yang dipakai Prof Rubijanto Misman dari Universitas Jenderal Soedirman., Purwokerto, Jawa Tengah. Ihwal pembasmian nyamuk demam berdarah itu diungkapkannya dalam pidato ilmiah untuk mengukuhkannya sebagai guru besar universitas tempatnya bekerja akhir bulan lalu. Pada kesempatan itu, Rubijanto menawarkan cara baru untuk memerangi demam berdarah dengan teknik biologis.
Rubijanto menjagokan jamur Lagenidium gigantium alias L. gitantium sebagai lawan nyamuk demam berdarah Aedes aegypti. Jamur ini, dalam penelitian Rubijanto, mampu menyergap nyamuk penyebar virus demam berdarah itu langsung di habitat pembiakannya, di tempat-tempat air bersih yang menggenang. "Larva Aedes aegypti ternyata menjadi makanan empuk bagi jamur L. gigantium," ujar dosen Universitas Soedirman itu.
Kesempatan menjajal keampuhan jamur L. gigantium itu diperoleh Rubijanto ketika dia mendapat beasiswa belajar di College of Biological Science, di Ohio State University di Columbus, AS, tahun 1988. Bersama seorang kawan sefakultasnya di Universitas Soedirman, Rubijanto meneliti pola interaksi antara jamur L. gigantium dan nyamuk Aedes aegypti dalam sebuah habitat perairan.
Ternyata, menurut Rubijanto, nyamuk yang berbahaya di darat itu tak berkutik menghadapi serangan jamur mikro yang tak terlihat oleh mata telanjang itu. Anak-anak nyamuk (larva) Aedes, terutama pada stadium 3 dan 4 yang hampir jadi nyamuk, menjadi sasaran kolom jamur itu. Lemak sterol yang banyak terdapat pada larva ini merupakan santapan yang disukai jamur itu. "Dalam tempo 72 jam setelah terkena jamur, tubuh larva itu hancur," kata Rubijanto.
Dalam pembiakannya, sebagaimana laiknya keluarga jamur, gigantium menempuh dua cara: secara seksual membentuk oospora dan secara aseksual membentuk zoospora. "Zoospora itulah yang menjadi sumber infeksi bagi nyamuk Aedes aegypti," kata Rubijanto.
Zoospora jamur ini punya organ yang disebut flagel, yang bentuknya mirip sepasang kaki. Dengan flagel itu, benih jamur itu berenang mencari inang, seperti benalu mencari pohon untuk menumpang hidup. Bila zoospora ini mendapatkan inang larva nyamuk Aedes, dia akan cepat berkembang, membentuk sulur hifa yang kemudian bercabang-cabang menjadi jalinan benang mirip faring yang disebut miselium.
Pada tahap miselium ini jamur siap melakukan proses pembiakan, membentuk zoospora dan oospora. Perkembangan jamur ini sangat cepat, hampir seiring dengan pertumbuhan larva. Dalam penelitiannya di Columbus, Rubijanto menjumpai 178-250 ribu sel zoospora pada larva korban. Bibit jamur L. gigantium itu dibawa Rubijanto ke Purwokerto sebagai oleh-oleh. Penelitian dilanjutkan. Dari dua "varietas" yang dicobanya, dari India dan Amerika, tak semua beradaptasi bagus untuk lingkungan tropic.
Jamur India terbukti lebih kuat. "Dia bisa bertahan di perairan yang tercemar, berkadar garam tinggi, dan dalam segala cuaca," tutor biolog berusia 48 tahun ini.
Jamur ini rupanya tak cuma efektif memerangi nyamuk demam berdarah. Larva nyamuk Anopheles pembawa penyakit malaria dan Culex penebar cacing benang pun disantapnya habis. Di habitat baru Indonesia, kehadiran jamur L. gigantium ini, menurut Rubijanto, tak berbahaya. Selain larva nyamuk, hewan air lainnya seperti ikan, kodok, tak diusiknya. "Jamur ini sangat selektif mencari mangsa," tambah Rubijanto.
Maka, biolog Purwokerto ini mengusulkan agar jamur ini digunakan untuk penanggulangan demam berdarah. Dr. Susamto, ahli virus dari UGM, Yogya, mendukungnya. "Karena tak memberikan efek residu insektisida," ujarnya. Pemakaian bahan kimia yang berulang seperti penaburan serbuk abate seperti yang selama ini dipakai untuk membasmi nyamuk demam berdarah, selain menimbulkan pencemaran, kata Susamto juga mengundang perkara lain. "Akan muncul biotipe baru yang kebal," tambahnya.
Di samping itu, penggunaan jamur itu relatif permanen. Sebab, bila populasi nyamuk menyusut, jamur ini menjalani masa dormasi. Zoospora membuat dinding di sekeliling tubuhnya, untuk perlindungan, dan mereka tak melakukan aktivitas metabolisms. Masa dormasi itu dapat bertahun-tahun. Selama masa paceklik, sel-sel dorman itu tetap tinggal di perairan, dan baru aktif lagi bila datang larva nyamuk.
Untuk penyebaran yang lebih luas, Rubijanto telah pula menemukan caranya. Zoospora yang dorman itu diisolasi sebagai bibit, mirip ragi untuk oncom atau tempe. Bila sewaktu-waktu diperlukan, "ragi" itu bisa dibiakkan dalam larutan yang berisi kuning telur. Beberapa saat di larutan itu,
bibit dorman akan aktif kembali, sampai populasinya 30 ribu sel per cc. Sesudah itu, tinggal disebar di kolom-kolom atau di tempat air tergenang. Kalau jamur ini diprodusi massal, mungkin akan muncul iklan : "Taburkan jamur, Sayang." (TP)

Pembangkit Energi Pompa Air Pedesaan

Harian KOMPAS, Minggu, 1 Maret 1992

INDONESIA dengan jumlah penduduk sekitar 185 juta jiwa hampir 80 persen bertempat tinggal di pedesaan, yang sebagian besar belum, terjangkau oleh fasilitas air bersih (baca: air minum). Sebagai salah satu kebutuhan primer kehidupan umat manusia, keterbatasan sarana air bersih sering merupakan sumber malapetaka berjangkitnya penyakit diare, muntah-muntah, gangguan kulit, atau penyakit lainnya. Kejadian seperti ini kerapkali dijumpai di pedesaan pada musim kemarau, dan tak jarang merenggut korban jiwa.
Secara mendasar air bisa diperoleh dari tiga sumber, berupa air hujan, air tanah dan air permukaan.
Di pedesaan yang mengandalkan air hujan sebagai sumber air minum sering dijumpai penduduk melakukan penampungan air cucuran atap. Di daerah yang tergantung dari sumber air tanah, pengadaan air dilakukan dengan alat pengangkat untuk memindahkan air ke permukaan. Cara ini sangat dipengaruhi oleh kedalaman sumber air. Di tempat yang kondisi sumber airnya tidak mendukung masih banyak dijumpai kebutuhan air masyarakat diperoleh dari air permukaan, di mana kualitas air sangat diragukan memenuhi persyaratan kesehatan. Pada umumnya air permukaan sudah sangat tercemar oleh kotoran atau limbah, baik dalam bentuk limbah rumah tangga, industri, atau pertanian.
Bertitik tolak pada keberadaan sumber air tersebut pengadaan air bersih untuk kebutuhan air minum pada masyarakat di pedesaan, pilihan yang cocok adalah memanfaatkan sumber air tanah, karena dari segi kebersihan
ataupun kontinuitas, sumber air tersebut bisa diandalkan. Problema yang dihadapi di sini adalah harus tersedianya alat pengangkat berupa pompa air, baik manual maupun yang memakai tenaga listrik.
Pompa manual mempunyai kendala pada kedalaman pemompaan sangat terbatas. Alternatif lain-lain menggunakan pompa tenaga listrik. Tetapi menurut data yang diterbitkan oleh Bakoren '91 jaringan tenaga listrik pada tahun anggaran 1991/1992 baru akan menjangkau 6.290 desa dari sekitar 65.000 desa di Indonesia. Terlihat di sini pemakaian pompa listrik akan sangat terbatas karena jangkauan PLN belum memungkinkan. Di lain pihak kemampuan masyarakat pedesaan untuk mengadakan pembangkit listrik sendiri sangat terbatas. Kenyataan ini memacu para peneliti mencari sumber energi alternatif yang murah dan gampang diperoleh.

Kolektor Tube Ruang Hampa
Teknologi kolektor 10 tahun terakhir ini makin bertambah maju, penelitian dan pengembangannya makin mendapat dukungan oleh lembaga-lembaga penelitian, terutama di negara maju seperti Jerman, Jepang dan Amerika Serikat.
Kolektor tube ruang hampa, salah satu tipe kolektor plat datar yang berfungsi sebagai pengumpul panas matahari.
Dengan memanfaatkan efek perpindahan panas, energi panas matahari yang terkumpul digunakan untuk menguapkan media kerja. Dengan mengekspansikan tenaga uap bertekanan ini ke motor, maka akan dihasilkan tenaga gerak mekanik, yang bisa dimanfaatkan sebagai penggerak pompa air.
Keuntungan yang didapat dari teknologi kolektor tube ruang hampa adalah akan selalu dihasilkan energi panas sebagai sumber energi selama matahari bersinar. Dengan teknologi ini diharapkan lokasi atau daerah yang belum disentuh jaringan listrik PLN dapat memanfaatkan sumber gratis yang diberikan oleh alam yaitu matahari.
Semenjak tahun 1987 Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Sumber Daya dan Energi BPP Teknologi bekerja sama dengan Direktorat Air Bersih PU, P2AT-PU, Bappeda TK I NTB dan TUEV-Rheinland melakukan penelitian pemanfaatan kolektor tube ruang hampa pada penerapan pompa panas tenaga surya (PPTS) di lima lokasi di Pulau Lombok. Masing-masing satu unit dipasang di Desa Jambek, Mangkung Kawo di Lombok Tengah dan di Desa Dusan Baru dan Labuhan Lombok di Lombok Timur.
Pemilihan lokasi tersebut atas dasar data lapangan, bahwa air bersih masih sangat rawan bagi penduduk setempat dan fasilitas listrik masih sangat terbatas. Kondisi daerah sangat kering dan matahari hampir tersedia sepanjang tahun. Menurut data, daerah ini hanya mempunyai musim hujan dua bulan dalam setahun.

Unit terinstalasi
Perangkat keras PPTS yang diinstalasi di Pulau Lombok dirancang untuk memenuhi kebutuhan pengadaan air bersih daerah pedesaan yang berpenduduk antara. 500-2000 jiwa.
Dengan menggunakan 240 kolektor tube ruang hampa tipe VTR 361, PPTS mampu menghasilkan tenaga keluaran sebesar 1 KW-hidraulik pada radiasi matahari 1000 watt/m2. Jumlah radiasi matahari sangat mempengaruhi kinerja PPTS. Dalam memompa air pada kedalaman air antara 20-40 meter jumlah air yang dipompa bisa mencapai 60.000 liter/hari. Dengan memanfaatkan gaya gravitasi, air bersih yang dihasilkan oleh PPTS didistribusikan kepada penduduk perkampungan terdekat.
Jarak yang dijangkau oleh sistem distribusi gravitasi ini mencapai tiga km dari lokasi unit PPTS terintalasi. Dengan menggunakan bak penampung bervolume delapan m3 pada tiap-tiap kampung, penduduk setempat mengatur pengambilan air melalui keran air yang disediakan. Berdasarkan pengamatan di lapangan penduduk Secara umum mengambil air rata-rata tiga kali sehari, yaitu pagi hari untuk kebutuhan masak, Siang hari untuk mencuci, dan menjelang magrib untuk mandi.
Hasil evaluasi dari tahun 1987-1991 menunjukkan bahwa sistem PPTS yang diuji kaji pada lima lokasi di Pulau Lombok secara teknologi cukup handal dan bisa dikategorikan sebagai teknologi tepat guna dalam arti mampu memecahkan suatu masalah, dalam hal ini pengadaan air bersih. Ditinjau dari segi ekonomis harga awal teknologi PPTS saat ini memang masih mahal. Harga yang ditawarkan oleh industri dalam negeri sekitar Rp. 120.000.000 (seratus dua puluh juta rupiah) per unit, di mana 30 persen dari harga tersebut merupakan harga kolektor tube ruang hampa. Harga satuan ini merupakan harga yang masih berbau penelitian dan pengembangan dari sistem tersebut. Menurut studi yang dilakukan oleh BPP Teknologi harga bisa diturunkan menjadi Rp 90.000.000 (Sembilan puluh juta rupiah) bila permintaan sudah melebihi 100 unit PPTS.
Dengan rata-rata radiasi 4,5 kWh per hari, masing-masing unit PPTS di Pulau Lombok menghasilkan air antara 20.000-60.000 liter air per hari dari kedalaman 20-40 meter. Efisiensi unit PPTS berkisar antara 2,5-3,5 persen.
Mengingat uji kaji PPTS melibatkan beberapa instansi baik pemerintah ataupun swasta, satu hal yang harus diperhatikan adalah koordinasi, sehingga hambatan birokrasi bisa diminimalkan dan tujuan untuk membantu masyarakat pedesaan lebih diberi penekanan.
(N. Suharta, koordinator Proyek Renewable Energy Indonesia — LSDE BPP Teknologi)

Berkas Elektron, Cara Lain Hambarkan Hujan Asam

Oleh
Nukman Luthfi
Harian SUARA KARYA, Senin, 21 Agustus 1989

Pelepasan gas-gas beracun seperti SO2 dan NOx ke atmosfir telah lama diketahui sebagai sumber utama polusi lingkungan. Gas-gas berbahaya ini dilepaskan akibat pembakaran batubara dan minyak di berbagai pembangkit tenaga listrik, pabrik-pabrik besar, jutaan motor atau mobil berbahan bakar minyak, dan pembakaran lain. Namun yang kini mendapat perhatian internasional adalah pelepasan besar-besaran dari cerobong asap instalasi pembangkit listrik dan pabrik-pabrik besar.
Efek perusak gas-gas tersebut dapat diketahui pada area tertentu, karena di daerah tersebut timbul banyak penyakit pernafasan kronis, paru-paru, jantung, dan kerusakan lingkungan. Di Amerika Serikat, diperkirakan polusi udara tersebut menyebabkan 10.000 kematian dan sekitar 25 juta kasus penyakit pernafasan tiap tahun.
Efek jangka panjang ini tak lain karena gas-gas beracun itu berubah menjadi asam sulfat dan asam nitrat akibat perubahan fotokimia di atmosfir, dan jatuh ke bumi sebagai "hujan asam". Hujan asam ini akan mengasamkan sumber-sumber air terbuka seperti danau, merusak hutan dan flora dunia. Beberapa kerusakan hutan akibat hujan asam terjadi di Eropa dan Amerika. Kerusakan terberat terjadi di Jerman Barat, terutama hutan-hutan di daerah North-Rhine/Wesphalia dan Baden Wurttemberg.
Bisa dimengerti kalau Eropa dan Amerika dilanda hujan asam, karena mereka adalah negara-negara industri yang sangat banyak mengkonsumsi minyak dan batubara dalam skala luar biasa. Sebuah pembangkit listrik dengan kapasitas 500 MWe (Mega Watt elektrik), dapat mengkonsumsi 250-300 ton batubara tiap jam. Tergantung kandungan sulfurnya (bervariasi, antara 0,2 % -2 %, bahkan ada yang lebih dari 10%), pelepasan S02 bisa mencapai puluhan ton tiap jam. Di AS Baja, diperkirakan di atas tahun 1990 lebih dari 50 juta ton SO2 dilepaskan ke atmosfir tiap tahunnya akibat kegiatan industri.
Keadaan seperti ini memaksa tiap negara, khususnya negara industri, untuk menetapkan peraturan ketat terhadap pelepasan SO2 dan NOx dari cerobong asap instalasi raksasa. Peraturan-peraturan itu telah diterapkan di berbagai negara seperti Austria, Italia, Belanda, Denmark, Finlandia, Swedia, MEE, AS, bahkan juga India dan Cina. Mereka mewajibkan pemasangan instalasi pembersih atau penyaring SO2 dan NOx pada tiap instalasi raksasa.
Beberapa teknologi sedang dikembangkan di berbagai negara untuk memperkecil atau bahkan menghilangkan polusi udara gas buangan industri tersebut. Salah satu teknologi tersebut adalah pengolahan dengan Berkas Elektron, yang terkenal dengan istilah Electron Beam Processing (EBP). EBP ini sangat potensial untuk memperbaiki kualitas udara dan menghilangkan masalah hujan asam dengan memperkecil pelepasan SO2, dan NOx, sekaligus mengubah gas-gas beracun tersebut menjadi produk sampingan yang mempunyai nilai komersial seperti pupuk.
Teknologi pengolahan ini dapat diandalkan, mudah dipasang, digunakan, dan dikendalikan serta tak berbahaya untuk lingkungan. Tak ada radioaktif yang dihasilkan selama operasi, dan tak ada residu radioaktif setelah operasi.

Konvensional
Teknik-teknik konvensional untuk membersihkan SO2 dan NOx menggunakan perlengkapan yang disebut scrubber, cukup efisien untuk membersihkan gas-gas beracun tersebut. Proses pembersihan SO2 dengan cara kering, semikering dengan kapur menghasilkan produk sampingan yang tak mempunyai nilai komersial sehingga menimbulkan masalah tambahan berupa penyimpanan sampah. Proses basah dengan limestone menghasilkan produk sampingan gipsum yang tak begitu bernilai komersial.
Pembersihan gas NOx dilakukan dengan proses pemisahan, reduksi selektif, dan menggunakan reagen kimia untuk mengubah oksida-oksida nitrogen menjadi nitrogen.
Tak ada satupun metode kimia yang bisa diandalkan yang secara serempak membersihkan SO2 dan NOx sekaligus. Satu-satunya metode yang dianggap berhasil mengatasi SO2 dan NOx sekaligus, adalah metode radiasi dengan berkas elektron.
Radiasi energi tinggi mampu mengionkan dan mengeksitasi molekul-molekul dan atom-atom netral, sehingga atom atau molekul tersebut berubah menjadi radikal-radikal bebas yang reaktif, ion-ion, dan molekul-molekul dalam keadaan tereksitasi (terangsang). Karena mereka itu sangat reaktif, maka mudah bagi mereka untuk saling bereaksi, atau bereaksi dengan oksigen dan air yang ada dalam sistem tersebut, bahkan juga bereaksi dengan bahan-bahan kimia yang sengaja ditambahkan secara tetap ke dalam sistem. Akibatnya, terbentuk basil yang berupa endapan yang mudah dikumpulkan dengan peralatan tertentu.
Proses sederhana inilah yang kemudian mendasari pembersihan gas-gas beracun dengan berkas elektron yang pertama kali dikembangkan oleh "Ebara Manufacturing Corporation" di Jepang. Proses tersebut telah diuji dalam skala laboratorium dari tahun 1970 sampai 1974, dan skala pilot pada tahun 1977-78. Pilot plant dengan kapasitas 10.000 meter kubik Nitrogen tiap jamnya telah dibangun dan diuji pada "Nippon Steel Work" yang bekerjasama dengan Ebara dan Japan "Atomic Energy Research Institute" (JAERI), serta"Takasaki Radiation Chemistry Research Establishment".
Dengan dukungan Departemen Energi AS, Ebara selanjutnya mengembangkan pengolahan dengan berkas elektron untuk membersihkan gas-gas beracun yang dikeluarkan dari cerobong asap instalasi pembangkit listrik tenaga uap yang menggunakan minyak atau batubara sebagai bahan bakar. Inilah yang kemudian terkenal dengan "Proses Ebara" yang didasari irradiasi terhadap gas-gas asap pembakaran batu bara atau bahan bakar hidrokarbon (minyak). Hasilnya, SO2 dan NOx secara serempak dibersihkan dengan cara yang amat efisien, mudah dikontrol, dan tingkat keselamatannya tinggi. Sebagai tambahan, produk sampingan (90% amonium sulfat dan nitrat) mempunyai nilai komersial yang tinggi dan dapat dipakai sebagai pupuk atau penyubur tanah.
Saat ini, sebuah unit pengujian lain telah dipasang di Karlsruhe, Jerman Barat, oleh "Badenwerk". Unit tersebut telah beroperasi sejak tahun 1985. Dari unit inilah kemudian terbukti bahwa pengolahan dengan berkas elektron sangat cocok untuk pembersihan gas-gas asap, sekaligus membuktikan bahwa proses tersebut dapat membersihkan S02 dan NOx sebanyak 90% dari yang dilepaskan gas asap pembakaran batubara dengan kandungan sulfur rendah sampai tinggi. Unit ini juga telah membuktikan bahwa peralatan PEB komersial bisa digunakan dengan aman dan dengan keandalan tinggi dalam lingkungan suatu instalasi pembangkit listrik atau pabrik-pabrik raksasa.

Menguntungkan
Metoda radiasi dengan berkas elektron untuk membersihkan gas-gas beracun secara komersial dan keandalan, mampu bersaing dengan metode-metode konvensional. Bisa dimengerti, karena PEB adalah satu-satunya pengolahan yang mampu membersihkan kedua gas berbahaya itu sekaligus dengan satu peralatan, satu reagen dan satu langkah. Dengan efisiensi pembersihan yang mencapai 90% pasti memenuhi persyaratan pembuangan gas seketat apapun, seperti di Jerman Barat. Lagi pula, proses ini sangat sederhana, tidak perlu memisahkan asap, tak menghasilkan sampah yang harus disimpan, sehingga biaya pengoperasian masih lebih murah dibanding metode konvensional. Apalagi produk sampingan yang berupa amonium sulfat dan nitrat bisa digunakan untuk penyubur tanah.
Untuk pengolahan gas-gas asap seperti ini biasanya digunakan sumber radiasi akselerator berkas elektron dengan kekuatan 300-800 kilo Volt. Untuk aplikasi seperti ini memang tidak diperlukan energi yang lebih tinggi, karena, penetrasi elektron dalam gas sudah cukup tinggi pada energi kurang dari 1000 kilovolt.
Untuk negara-negara yang sangat memerlukan teknologi pembersihan gas-gas beracun dengan efisiensi sangat tinggi karena lingkungan di negara tersebut telah menuju ke tingkat kerusakan yang lebih berat (Jerman Barat misalnya) kehadiran teknologi-teknologi baru yang jauh lebih efisien dibanding metode konvensional memang melegakan. Artinya, untuk sementara waktu, gas-gas beracun tersebut bisa dikendalikan. Meskipun jawaban sebenarnya dari masalah hujan asam tersebut adalah dengan mengurangi penggunaan bahan bakar yang banyak mengandung komponen gas beracun seperti S02 dan NOx.
sebenarnya, masalah hujan asam bukan hanya masalah negara-negara industri saja. Tetapi juga menjadi masalah negara-negara berkembang yang pembangkit listriknya masih tergantung pada penggunaan bahan bakar batubara dan minyak. seperti India dan, RRC, mereka kini pun harus menerapkan peraturan ketat untuk pembuangan gas asap melalui oerobong asap. Indonesia pun kini agaknya mesti memikirkan masalah ini, karena gejala-gejala adanya hujan asam sudah tampak di beberapa daerah.

Diabetes dan Misterinya

Harian SUARA KARYA, 28 Desember 1989

Penyakit ganas yang disebut diabetes (kencing manis) sudah tersebar di dunia dan yang lebih mencemaskan karena penyakit ini berkembang secara diam-diam -- berlangsung lama tanpa ada tanda-tanda -- dengan menimbulkan luka yang tak dapat disembuhkan.
Kongres tentang diabetes, yang diketuai oleh Prof. Lubetski (dari Rumah Sakit Laribosiere, Paris) telah menetapkan penelitian-penelitian yang mencakup bukan saja asal-usul penyakit ini tetapi juga cara pengobatannya.
Tiga ribu ahli penyakit ini dari seluruh dunia ikut ambil bagian pada kongres tingkat tinggi ini dan Prancis-lah yang selalu berada paling depan di bidang ini.
Pada orang sehat, kadar gula dalam darah selalu tetap sekitar satu gram per liter, kadar tersebut dikontrol oleh sekresi suatu hormon: insulin, yang dikeluarkan oleh sel langerhans di dalam pancreas.
Dalam keadaan sakit diabetes, kontrol itu tidak berjalan normal atau tidak bekerja dengan baik dan terjadilah kenaikan kadar gula yang mengalir di dalam darah, yang mengakibatkan endapan atau luka di beberapa organ tubuh (ginjal, pembuluh darah, mata, dsb).
Perlu dibedakan diabetes Tipe I yang dijumpai pada orang-orang muda usia, yang disebut juga diabetes "insulin - dependent" karena penderita harus mendapat injeksi insulin satu atau beberapa kali dalam sehari agar bisa bertahan hidup. Jadi ini merupakan penyakit yang menjadikan kita tidak berdaya tetapi, lebih-lebih, kita telah mempunyai bukti bahwa itu merupakan penyakit keturunan dan menular, oleh karena itu berhubungan dengan genetika: orang - orang yang paling terancam adalah yang termasuk dalam grup DR 3 dan DR 4 dengan sistem HLA.
Oleh karena itu penting untuk sepenuhnya mendeteksi sedini mungkin orang-orang yang masuk dalam golongan itu, terlebih lagi karena hyperglycaemia, hampir tidak diketahui sebelum 90% sel langerhans dirusak, artinya ini sudah sangat terlambat.
Sedang direncanakan, di bidang riset percobaan, penggunaan immunosupresseur, seperti cyclosporine ; riset yang lain: penyuntikan sel-sel yang mengandung gen insulin: Itu untuk masa yang akan datang.
Untuk saat ini hanya injeksi insulin yang dilakukan beberapa kali dalam sehari bisa memberikan pencegahan, metoda - metoda lain (dengan menggunakan rongga hidung, lubang anus bahkan pompa - pompa insulin dsb.) telah terbukti mengecewakan bila digunakan.
Akhirnya ada suatu kemungkinan pencangkokan pankreas tetapi tingkat kematiannya tinggi saat operasi atau percobaan pencangkokan sel-sel Langerhans juga sedang dipelajari.
Diabetes Tipe II, adalah diabetes umur tua; jenis ini tak begitu jadi masalah. Asal genetikanya tampaknya tidak diragukan tetapi mengapa baru terungkap setelah perkembangannya yang sangat tersembunyi selama 15 tahun atau lebih, padahal dalam 45% kasus sudah terjadi komplikasi-komplikasi.
Sejumlah besar penelitian Yang dilakukan di bidang ini membuat ngeri para ahli genetika. Sekresi insulin menjadi benar-benar tak teratur dengan akibat-akibat atau cacat dalam produksi yang bermacam-macam tanpa henti pada waktunya, sedangkan para ilmuwan merasa khawatir terhadap beberapa kemungkinan kelainan-kelainan para penerima "pengaturan" yang dapat membuat berdayaguna pengobatan dengan insulin.
Perlu diperhatikan bahwa setiap penderita merupakan satu kasus khusus baik dalam hal makanan yang harus dia makan maupun dalam pemilihan obat-obatnya.
Secara bulat telah dianjurkan untuk sering kali mengurangi kegemukan dan gerak badan secara teratur. (KBP).

Daging sintetis berkolesterol rendah

Oleh:
Maria Emawati
Harian SURYA, Senin, 13 Juli 1992

DAGING merupakan salah satu jenis bahan makanan hewani yang amat dibutuhkan oleh masyarakat untuk pemenuhan gizi, namun banyak orang terutama yang hidupnya sudah mapan mulai merasa takut terhadap akibat sampingan dari daging lantaran kadar kolesterolnya yang tinggi.
Sehingga mulailah mencari upaya untuk mendapat daging yang 'direkayasa' sedemikian rupa yang kolesterolnya rendah, juga kadar lemak jenuhnya. Ketakutan kebanyakan orang akibat dari kolesterol tinggi adalah risiko terkena penyakit jantung dan kegemukan.
Oleh karena secara alamiah daging tetap mengandung kolesterol, yang jika direkayasa agar kolesterolnya rendah juga kadar lemaknya, akan berpengaruh pada cita rasa, dicarilah upaya lain yakni menciptakan daging sintetis yang berkolesterol rendah tetapi tetap bergizi tinggi.
Daging sintetis ini mengambil bahan baku kedelai yang banyak mengandung protein yang dibuat pertama kali oleh Husden dan Hoer belum lama ini. Daging sintetis itu dibuat sedemikian rupa sehingga mengandung nilai gizi tinggi bahkan melebihi daging tulen.
Dengan pemberian warna dan cita rasa tertentu, daging tiruan ini sulit dibedakan dengan daging asli, dan dapat dibuat/dibentuk menjadi berbagai jenis makanan buatan seperti sosis, daging cacah (cincang), hamburger, rendang, bakso, opor, stik sapi dan lain sebagainya.
Ada banyak keistimewaan yang dimiliki daging sintetis ini di samping nilai kandungan gizi yang tinggi. Keistimewaan itu antara lain lebih homogen dalam arti merata susunannya, tahan lama jika disimpan dapat dibuat bebas sama sekali dari lemak hewani (bebas kolesterol) harganya juga sangat rendah (bisa 30-50 % dari daging asli). Selain itu, tekstur dapat dirasakan oleh selaput lender mulut sebagai butiran atau serabut daging asli. Dengan menambah air, kekerasan dan keempukannya dapat diatur sesuai dengan kehendak konsumen, dapat menyerap sari daging asli (yang biasanya ke luar jika daging dimasak) kalau dicampur daging asli lalu dimasak.

Bentuk
Di pasaran internasional bahan utama daging sitesis ini (yakni protein kedelai) diperjualbelikan dalam bentuk konsentrat (pekatan) protein kedelai dan isolat (terpisah) protein kedelai. Dijual dalam bentuk tepung berwarna putih, tidak berasa dan tidak berbau.
Dari kedua bentuk ini dapat dibuat daging tiruan berwujud kering (texturized vegetable protein (TVP)) atau protein pekat dan spun vegetable protein (SVP) atau protein pintal. Untuk bisa mendapatkan daging basah, TVP maupun SVP harus ditambah dengan 2-3 kali beratnya. Dalam bentuk ini daging tiruan harus ditangani seperti daging segar asli,lantaran mudah rusak. Daging basah ini dapat dimasak seperti daging asli, atau dicampur dengan daging asli (dalam bentuk cacahan) dan digunakan untuk membuat berbagai produk olahan daging.
Pembedaan antara pekatan dan isolat protein kedelai dapat dilakukan dengan mendasarkan pada cara pembuatan dan kandungan proteinnya. Protein kedelai pekatan mengandung 70-89 % protein, dengan pisahan (isolat) 90-95 %. Pekatan dan pisahan protein kedelai merupakan bahan baku yang juga banyak dipakai dan dibutuhkan oleh industry pangan untuk bahan penolong dalam formulasi pembuatan berbagai jenis makanan bayi, roti kue, donat, makroni, sup, sosis, tertola, ekstrim, keratan daging (meat loaves), berbagai minuman dan lain sebagainya. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika bahan baku ini banyak dibutuhkan industry pangan baik di dalam maupun luar negeri.
Pekatan protein kedelai merupakan produk lanjut tepung kedelai. Prinsip pembuatannya ialah membuang setengah dari karbohidratnya dan sebagian mineral sehingga kadar protein per satuan berat bisa meningkat.
Setidaknya ada tiga cara yang bisa dilakukan untuk membuat pekatan protein kedelai ini. Pertama, tepung kedelai diekstrak (dicampur dan diaduk) dengan alkohol, kemudian komponen yang tertinggal disaring dan dikeringkan. Kedua, tepung kedelai dicuci dengan larutan asam encer pada pH 4,5 sehingga protein mengendap kemudian endapannya dinetralkan, dicuci dan dikeringkan. Pada proses ketiga, tepung kedelai dikeringkan dan dipanaskan dengan air atau uap panas untuk mengendapkan protein, kemudian komponen-komponen kecilnya diekstrak dengan air.
Sedangkan pisahan (isolat) protein kedelai dibuat dengan cara memisahkan protein kedelai, kemudian dikeringkan. Mula-mula tepung kedelai, dicampur dengan air dengan perbandingan 1:8 kemudian pH diatur sampai 7-9, proteinnya akan larut jika diaduk. Endapan yang tidak larut dipisahkan dengan pemutaran sentrifugal atau penyaiingan. Ekstrak atau bagian yang sudah bebas endapan kemudian diasamkan dengan menambahkan asam klorida encer sampai pH 4,5 agar terjadi penggumpalan dan pengendapan protein yang tadinya larut. Endapan dipisahkan, dinetralkan sampai pH 6-7 dan dikeringkan dengan pengering semprot (spray dryer), hasilnya sering disebut sebagai natrium protein. Dari 100 kg tepung kedelai dapat dihasilkan 60-70 kg konsetrat protein, jika dibuat isolat protein hasilnya hanya 30-40 kg saja.
TVP dan SVP
TVP (Texturized Vegetable Protein) dibuat dari pekatan atau pisahan protein kedelai dan keduanya berbeda dalam mutu dan harganya. TVP yang dibuat dari pisahan protein kedelai mempunyai harga yang lebih mahal karena mutunya lebih baik dibanding dari yang berasal dari pekatan.
Untuk membuat TVP mula-mula pekatan atau pisahan protein kedelai dibuat adonan dengan menggunakan air. Pada adonan ini dapat ditambahkan cita rasa dan pewarnaan makanan yang diizinkan, lemak hewani atau nabati, sehingga berwarna dan berasa daging. Adonan kemudian ditambah dengan natrium bikarbonat sehingga pH menjadi 7,4-7,8. Adonan dipaksa ke luar (dengan tekanan) melalui plat logam yang memiliki ribuan lubang dengan diameter 1 mm sambil dilakukan pemanasan. Di pabrik ini proses berlangsung dalam suatu heat exchange zone (zona pertukaran panas). Melalui lubang ini akan ke luar ribuan serat atau benang protein yang dapat dibentuk menjadi seperti daging, kemudian dikeringkan. Protein jenis ini juga dapat dibentuk sebagai tepung atau butiran dalam bentuk besar ataupun kecil.
Sedangkan SVP (Spun Vegetable Protein) dibuat berdasarkan sifat isolat protein kedelai yang mampu membentuk serat atau benang jika dipintal dalam larutan asam. Mula-mula pisahan protein kedelai dilarutkan dengan larutan basa encer (biasanya natrium bikarbonat) sehingga membentuk cairan kental. Kemudian cairan protein kental ini dipompakan melalui suatu plat platina yang memiliki ribuan lubang kecil. Aliran protein pintal ini dilewatkan dalam larutan asam (asam klorida) encer sehingga menggumpal membentuk benang tipis kenyal, kemudian ditarik dan dipintal. Setelah pemintalan, dilakukan penetralan dan pencucian dengan air yang suhunya dapat diatur untuk menghasilkan tekstur (keempukan) yang diinginkan. Pada proses ini dapat dilakukan penambahan warna, cita rasa dan vitamin yang dikehendaki.
SVP yang sudah jadi itu siap dibuat daging tiruan. Ada dua macam daging tiruan yang dibuat dari bahan jenis ini yaitu daging tiruan macam campuran dan daging tiruan murni. Daging sintetis campuran (meat extender) merupakan campuran antara PVP yang sudah direhidrasi (ditambahkan air 2-3 kali beratnya dan dibiarkan sebentar sampai semua air bias terserap) dengan daging asli. Produk yang dihasilkan akan sulit dibedakan dengan daging asli, jika digunakan PVP sejumlah 40-50% dengan daging asli 50-60%.
PVP kering yang digunakan biasanya tidak diberi rasa. Bumbu dan warna ditambahkan kemudian, yaitu selama proses percampuran, sehingga warna bisa lebih cerah dengan rupa lebih indah disamping tekstur dan nilai gizi yang lebih baik dibanding daging yang asli. Di luar negeri, daging sintetis campuran ini banyak digunakan sebagai bahan pengisi pembuatan makanan olahan daging seperti sosis, meat loves, hamburger dan lain sebagainya. Dengan percampuran ini, harga menjadi lebih murah, sehingga pemasokan daging meluas dan dapat membantu masyarakat untuk meningkatkan konsumsi daging dan protein.
Daging sintetis murni atau yang lebih sering disebut dengan meat analog merupakan daging sintetis yang sesungguhnya. Ini dibuat dengan rehidrasi PVP atau SVP dengan penambahan air 2-3 kali lipat beratnya. Untuk melezatkan cita rasanya ditambahkan lemak hewani dan bumbu. Jika takut akan kolesterol, lemak hewani juga dapat diganti dengan lemak nabati atau margarine. Pemberian lemak hewani tertentu akan memberikan asam lemak tidak jenuh (PUFA = Poly-unsaturated fatty acids), sehingga ditinjau dari sudut kesehatan lebih menguntungkan.
PVP dan SVP dapat menyerap lemak atau minyak tiga perempat sampai setengah kali beratnya. Kemampuan ini sangat penting artinya menyangkut proses peningkatan cita rasa, rupa dan sifat tekstur dagingnya. Daging sintesis murni disamping dapat dimanfaatkan untuk mengisi produk berdaging, juga bisa dibuat beefsteak sintetis, casing (sarung sosis), sitentis, opor, rendang, dendeng, bakso. Rasanya sulit dibedakan dengan daging asli jika membuatnya dilakukan dengan sempurna.
Yang amat melegakan adalah bahwa protein kedelai ini (yang digunakan sebagai bahan baku daging sintetis) menurut hasil penelitian kekurangan asam amino metionin, sebaliknya banyak mengandung lisin. Keduanya merupakan asam amino esensial, artinya tidak dapat dibuat oleh tubuh. Tubuh harus mendapatkannya dari makanan supaya dapat menggantikan bagian tubuh yang telah rusak atau aus. Dengan demikian daging sintetis mempunyai nilai lebih yang tak bisa dipungkiri dibanding daging asli.

Kamis, 17 Juni 2010

Kiat Memilih Ayam, yang Besar Belum Tentu Baik

Harian KOMPAS, Minggu, 23 Februari 1992

PUASA sudah diambang pintu, dan kemudian disusul dengan Lebaran. Pada hari-hari istimewa tersebut, daging ayam biasanya merupakan salah satu hidangan yang selalu ada. Selain rasanya yang gurih, ayam juga merupakan salah satu sumber protein hewani yang baik karena selain mudah dicerna tubuh, juga mengandung semua asam amino esensial yang diperlukan tubuh. Kandungan protein daging ayam 21-23 persen, selain adanya vitamin dan mineral penting yaitu zat besi dan niacin yang berguna untuk mencegah penyakit pelagra.
Selain itu kualitas lemak daging ayam lebih baik dibandingkan lemak ternak besar, karena lemak ayam tersimpan di bawah kulit sehingga mudah dibuang jika tidak diinginkan. Lemak ayam juga mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh dan kandungan kolesterolnya lebih rendah dibandingkan daging hewan ternak besar seperti sapi, kerbau, dan kambing. Karena itu daging ayam dinilai lebih menguntungkan bagi kesehatan.
Ada dua jenis ayam yang umum dimakan dagingnya yaitu ayam kampung (bukan ras/buras) dan ayam ras. Pemilihan jenis daging ayam tergantung dari selera konsumen, tetapi semua tentu ingin mendapatkan daging ayam yang baik dengan harga yang pantas.
Kompas bekerja sama dengan Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK), Faperta IPB, melakukan uji mutu organoleptik ayam ras, yaitu menyangkut penampakan, rasa, bau, dan tekstur daging. Melalui pengujian ini konsumen diharapkan lebih mengenal berbagai jenis ayam ras, cara pemilihan, penyimpanan, dan pemasakan untuk mendapatkan hasil terbaik. Pengujian dilakukan di Laboratorium GMSK di bawah pengawasan Ir Faisal Anwar, MS, Ir Evie Damayanthi, MS, dan dibantu Ir Rachmat, MS.
Konsumen awam umumnya mendefinisikan ayam ras menjadi tiga kelompok yaitu ayam broiler, ayam ras, dan ayam afkir. Ayam broiler adalah ayam yang dipelihara memang untuk diambil dagingnya. Beberapa ahli peternakan mendefinisikan ayam broiler adalah ayam ras pedaging (ayam ras potong), berumur di bawah delapan minggu, dagingnya bertekstur lembut, empuk dan gurih.
Jenis lainnya adalah ayam petelur yang digemukkan untuk diambil dagingnya, dan dikenal sebagai ayam ras saja. Bibit ayam ini berasal dari ayam petelur jantan. Karena dipelihara dengan baik maka kualitas dagingnya cukup baik, walaupun penampakan luarnya bisa mengecoh karena persamaannya dengan broiler.
Sedangkan ayam afkir sebenarnya ayam yang bukan tipe pedaging tetapi dijual sebagai ayam potong karena pertimbangan efisiensi dan ekonomis. Umumnya jenis ayam ini berasal dari ayam petelur betina yang karena produksi telurnya sudah berkurang, dipotong untuk diambil dagingnya. Ciri umum ayam afkir adalah tulang pinggul tebal, tumpul dan kaku, dagingnya liat/keras.

Kiat memilih
Perbedaan penampakan dari ketiga jenis ayam di atas, secara umum bisa dilihat dari bentuk tulang dada, kekerasan daging karkas, perlemakan, bulu halus, kulit sobek, dan warna kulit.
Bentuk tulang dada pada ayam broiler sedikit melengkung seperti perahu. Pada ayam ras, tulang dada melengkung dan bengkok. Sedangkan pada ayam afkir, tulang dadanya sangat bengkok.
Perbedaan keliatan daging ketiga jenis ayam ini bisa diraba dengan tangan. Daging yang paling lunak adalah daging ayam broiler, disusul ayam ras, dan yang paling keras (liat) adalah ayam afkir.
Perbedaan nyata lainnya adalah pada jumlah dan warna lemak. Lemak ayam afkir sangat banyak tersebar di bawah kulit dan berwarna kuning tua. Ayam broiler juga berlemak, tetapi tidak sebanyak ayam afkir dan warnanya putih. Sedangkan ayam ras perlemakannya sedikit.
Ayam broiler pun relatif bebas dari bulu halus dan warna kulitnya putih. Sedangkan ayam ras dan ayam afkir meskipun telah dibersihkan bulu kasarnya, tetapi bulu halus yang tertinggal masih cukup banyak. Kulit ayam ras berwarna kuning cokelat, dan ayam afkir berwarna kuning muda.
Kadang-kadang kita temui bagian daging ayam yang berwarna kebiruan. Cacat ini disebabkan cara penangkapan yang kasar atau pengisian keranjang ayam yang terlalu padat sehingga menyebabkan tulang patah atau daging memar. Daging seperti ini berkualitas rendah karena lebih mudah tercemar mikroorganisme sehingga daging lekas membusuk.
Demikian pula penanganan yang kasar selama pengolahan sehingga menyebabkan kulit sobek, akan mengurangi rasa serta aroma daging.
Ayam mentah yang masih segar ditandai oleh persendiannya yang masih lemas, selain tidak berlendir, dan berbau khas ayam. Kalau Anda menemui ayam potong yang sudah berwarna kebiruan, jangan dibeli, karena ini salah satu ciri ayam itu sudah mati sebelum dipotong. Darah yang tidak keluar dari badan ayam lalu mengalami okidasi dengan oksigen, menyebabkan munculnya warna kebiruan.

Kiat menyimpan dan mengolah
Supaya daging tidak cepat busuk, dianjurkan penyimpanan dilakukan di dalam kotak pembeku (freezer) lemari es, sebab penyimpanan pada suhu kamar hanya bisa bertahan 24 jam.
Sebelum disimpan, ayam segar yang baru dibeli harus dicuci bersih dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang terbawa pada daging selama proses pemotongan dan penjualan di pasar. Kalau masih ada jeroan dan leher, harus dikeluarkan/dipotong dan disimpan terpisah, karena jeroan lebih cepat membusuk dibandingkan daging.
Setelah dicuci, daging ditiriskan atau kalau mungkin, dikeringkan dengan kertas tisu. Air yang terlalu banyak pada permukaan daging, memberi peluang besar untuk tumbuhnya mikroorganisme pembusuk.
Setelah daging relatif kering, dimasukkan ke dalam kantung plastik dan disimpan di freezer. Sebaiknya diusahakan berat ayam tidak lebih dari dua kilogram per kemasan untuk mempercepat pembekuan. Makin cepat daging membeku, makin sedikit terjadi kerusakan akibat pembekuan. Kerusakan akibat pembekuan terutama adalah timbulnya ketengikan pada lemak.
Bila daging beku ini akan direbus, pelelehan (thawing) tidak mutlak diperlukan. Tetapi bila ingin digoreng atau dipanggang, thawing yang sempurna menjadi keharusan. Cara pelelehan yang baik adalah secara lambat dan dingin. Jadi setelah dikeluarkan dari freezer ayam diletakkan di bagian bawah lemari es (refrigerator). Cara ini menjaga kadar air daging dan gizinya tetap tinggi. Lama pelelehan ini kira-kira 2-3 jam untuk tiap 0,5 kg daging.

Lebih keras
Ketiga jenis ayam, ini memiliki kesamaan, yaitu daging paha mentahnya lebih keras dibandingkan daging dadanya yang berserat pendek. Tetapi daging ayam afkir lebih liat dibandingkan daging ayam ras dan negeri. Pengujian menggunakan Stevens LFRA Texture Analyser (skala dari 0-9.999) menunjukkan skala kekerasan daging paha mentah berturut-turut ayam broiler, ras dan afkir adalah 20, 30 dan 52, Sedangkan daging dadanya 47, 51 dan 74. Sebagai perbandingan, skala kekerasan Styrofoam adalah 1000.
Perbedaan ini disebabkan kandungan air ayam broiler sangat tinggi vaitu 70 persen. Sedangkan ayam afkir selain umurnya yang lebih tua, kandungan airnya juga hanya 60-65 persen.
Setelah direbus, daging ayam memang menjadi lebih keras dibandingkan ketika mentah. Daging dada pun menjadi lebih keras dibandingkan daging paha. Ini dikarenakan protein daging bagian dada lebih besar dibandingkan daging paha.
Untuk membantu membantu mengempukkan daging ayam, sebenarnya bisa digunakan papain atau bromelin, suatu enzim protease yang bekerja mencerna daging agar menjadi empuk. Papain banyak terdapat dalam daun pepaya dan buah pepaya muda. Pengempuk daging ini bisa dibeli di toko dalam bentuk bubuk. Pemberian papain pada daging mentah selama 20 menit, relatif bisa menurunkan kekerasan, terutama pada daging ayam afkir yang telah disimpan beku.
Daging ayam yang telah disimpan beku sebelum diolah pun menjadi lebih keras setelah pengolahan, walaupun sebelumnya telah melalui tahapan pencairan kebekuan daging (thawing). (nmp)

ARTRITIS, RASA NYERI YANG BELUM ADA OBATNYA

MIMBAR KARYA, Minggu III Maret 1992

ARTRITIS, penyakit dengan rasa nyeri pada sendi tulang yang sering menyerang orang dewasa dan sangat ditakuti. Di samping penyakit ini mampu membuat cacat pasien, para dokier ahli masih kebingungan mencarikan obat penangkalnya. Riset terus dilakukan namun korban terus berjatuhan.
SETIDAKNYA 37 juta orang Amerika yang menderita artritis salah seorang di antaranya, Holly Wallace yang pertama kali merasakan nyeri pada tubuhnya tahun 1974, saat ia mengadakan tur olahraga sekolahnya ke London.
Holly Wallace, saat itu baru berusia 20 tahun dan seorang atlet wanita yang tomboi. Nyeri yang dirasakannya, menyerang bagian kaki, terus menerus. Setelah kembali ke Amerika, ia dinyatakan terserang artritis.
Tentu saja Holly sangat ketakutan, karena ia mengetahui, seorang penderita artritis harus mengerahkan seluruh tenaganya hanya sekedar untuk mengambil sebuah pinsil di atas meja. Holly juga mengetahui, artritis penyakit tulang yang menimbulkan peradangan hebat pada sendi dan selain mengakibatkan penderita mengalami cacat fisik.
Hanya dalam kurun waktu beberapa minggu, Holly yang masih belia itu berubah mengerikan, seperti layaknya wanita yang berusia 85 tahun dan dalam keadaan cacat. Sejak saat itu, Holly selalu dekat dengan dokter dan entah sudah berapa kali ke tes laboratorium dilakukannva, berapa banyak obat yang diminurnnya termasuk steroids, gold salts, penicillamine, bahkan sebelunirlya ia pernah minum 40 tablet aspirin setiap hari. Tapi, penyakit yang dideritanya masih juga belum membaik. Peradangan pada sendi menimbulkan goresan bekas luka di ujung tulang, secara perlahan-lahan menyebabkan menyatunya kedua tulang pada pergelangan tangan dan kaki sebelah kanan. Rasa sakit dan nyeri pada sendi tulang juga berakibat menurunnya kemampuan fisik Holly.
Dulu, ia dapat mendaki gunung, berperahu kayak, berlari, atau meloncat. Kini, Holly tidak mampu berbuat apa-apa dan harus menjalani cara hidup barunya. Dengan sisa-sisa tenaganya yang sudah sangat terbatas itu, Holly masih memiliki "otak dan hati" untuk berbuat sesuatu yang positif.
Sekalipun akibat yang ditimbulkan cukup mengerikan, artritis tetap saja dianaktirikan. Dari sisi korbannya, tampak jelas sekitar 16 juta penderita harus berjuang ekstra keras mengerahkan segenap tenaga hanya uniuk berjalan masuk ke dalam kamar, memutar tombol pintu, atau membuat teh dan kopi.
Banyak penderita artritis yang terpaksa bercerai dengan pasangannya, mengalami depresi, sering marah, cemas, kehilangan harga diri, tidak mampu menikmati kehidupan, sebagai akibat sampingan dari obat yang digunakan. Biasanva mereka harus berkonsultasi dengan ahli reumatik, ahli saraf, ahli bedah tulang, ahli penyakit kaki, ahli bedah, sampai ke ahli pengobatan tulang punggung dan hanya akan mendengarkan jawaban yang sangat menyakitkan hati. Pasien merasa sedih, demikian pula para dokter ahli cukup prihatin. Mereka sama sekali tidak berdaya.

Terapi Fisik
Dewasa ini, perkembangan ilmu pengobatan cukup menggembirakan. Di samping menggunakan obat, para ahli mengajari penderita artritis melakukan sesuatu yang positif, dengan menggunakan sisa-sisa tenaganya. Khusus untuk penyakit encok, ilmu pengobatan sudah mengetahui, mengkonsumsi makanan yang terlalu enak dan minum anggur terlalu banyak akan membuat kambuh.
Dengan makanan dan minuman yang berlebihan, dapat menyebabkan cairan synovial kelebihan uric acid di sekitar tulang rawan. Di samping menggunakan obat, pasien seperti ini dapat ditolong dengan melakukan pembedahan pada sambungan sendinya.
Pengobatan arsenal juga sedang dikembangkan. Biro pengawasan obat Anierika Serikat menyetujui penggunaan methotrexate dan obat anti kanker untuk mengobali pasien artritis. Bahkan, ada obat lain yang sangat terkenal dan mengurangi penderitaan pasien artritis, vaitu Cytotec, semacam obat sakit perut karena penggunaan aspirin dan obet "nonsteroidal anti peradangan" (NSAID) lainnya.
Setelah Cytotec dijual bebas hampir 9 juta penderita artritis mengkonsumsi obat NSAID itu dalam dosis tinggi setiap harinya. Sekitar 10.000 penderita meninggal setiap tahun dikarenakan komplikasi gastrointestinal dan sebagian besar lainnva mengalami "silent ulcers" yang tidak menunjukkan gejala apapun hingga si penderita terancam jiwanya.

Nyeri Tulang
Perkembangan terapi dalam ilmu genetik, imunologi, dan hormon untuk mengungkapkan penyebab artritis yang diduga berasal dari molekul, mulai menunjukkan titik cerah. Para ilmuwan menduga, artritis adalah kondisi kekacauan dalam sistem kekebalan tubuh, sehingga perangkat dengan retan tubuh bertindak sebaliknya menyerang tulang dan tulang rawan. Para ilmuwan juga berkeyakinan, faktor genetik ikut menentukan proses seperti itu.
Penemuan terakhir sekitar penyakit cyme yang mirip dengan artritis, ternyata ada gejala-gejala yang disebabkan penyebaran bakteri atau ditularkan oleh kutu anjing. Pembengkakan atau infeksi akan menyebabkan timbulnya artritis. Beberapa dekade lalu, para ahli mengesampingkan proses ini karena waktu itu mereka belum memperoleh bukti, infeksi yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kondisi sendi tulang penderita.
Kini para ahli riset berkeyakinan, bakteri dan virus dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada sistem kekebalan tubuhh yang kemudian dapat menimbulkan artritis. Dengan menggunakan teknis tes genetik khusus, para ilmuwan menemukan bukti adanya penularan penyakit chlamydia pada cairan synovial yang ditularkan melalui hubungan seks.
Yang masih belum jelas adalah, bagaimana infeksi terbentuk sehingga menimbulkan akibat dalam tubuh. Satu-satunva keterangan yang paling memungkinkan, bakteri dan virus memproduksi protein yang sangat mirip dengan protein pada jaringan sendi tulang. Akibatnya protein palsu itu mampu mempedayai sistem pertahanan kekebalan tubuh dan langsung menyerang jaringan sendi tulang, sekaligus mengacaukan organisme tubuh.
Molekul seperti itu sangat menyulitkan sistem kekebalan tubuh, untuk menentukan apakah yang datang itu musuh atau bukan. Para ahli juga berkesimpulan, jenis virus Epstein Bar dan Rubella yang menimbulkan rasa nyeri dan sakit pada sendi tulang. Virus sejenis, juga diduga menyebabkan timbuInya penyakit AIDS yang sangat ditakuti.
Para ahli riset pada Universitas California di San Fransisco berkeyakinan, sistem saraf juga sangat berperan penting bagi timbunnya artritis. Kesimpulan ini berdasarkan pengamatan yang sudah berjalan lama sekali, terhadap para korban yang terserang artritis. Dalam pengamatan itu ternyata terbukti, para penderita tidak menunjukkan adanya gejala sakit pada bagian tubuh di sekitar artritis.
Diduga, sistem saraf memodulasi respons pada tinggi dan rendahnya kadar respons itu sendiri. Dalam pengamatan ini, para ahli mengadakan percobaan dengan menyuntik tikus penderita artritis dengan capsaicin, sejenis bahan aktif pada cabe atau merica yang manfaatnya untuk memblokir jaringan penyebaran sakit, sehingga cara ini mampu mengurangi proses peradangan pada sendi tulang.
Kemudian dicarikan cara lain dalam memblokir neuropeptides yang menimbulkan rasa sakit dan peradangan pada sendi tulang. Apabila percobaan ini berhasil, maka tim riset tersebut akan mampu mengembangkan jenis obat yang dapat memberantas artritis.

Sendi buatan
Barangkali artritis tulang yang memiliki perbedaan total dalam mekanisme. Apabila reumatik biasa penyakit peradangan yang menyebabkan kerusakan pada sendi tulang, maka artritis tulang kerusakannya pada tulang dan tulang rawan yang kemudian meradang. Cara tradisional untuk mengatasi niasalah ini, dengan memasang sendi buatan. Tapi, sistem konvensional ini harus berubah, karena pada saat sendi buatan itu digunakan, maka ia akan mengeluarkan enzim yang akan mencerna tulang rawan. Pada saat yang bersamaan, jaringan sel pada tulang rawan itu juga sedang sibuk memperbaiki apa yang telah hilang.
Sekarang para ahli sedang berpikir, kemungkinan artritis dapat berkembang apabila perbaikan yang dilakukan jaringan sel tadi mengalami hambatan, atau karena enzim yang dikeluarkan terlalu banyak, atau dikarenakan proses perbaikannya terlalu lambat, atau bisa juga disebabkan oleh keduanya.
Meskipun demikian, penemuan tersebut sudah inerupakan titik terang bagi dunia pengobatan. Karena, jika enzim itu bisa diblokir atau merangsang tulang rawan, maka kalangan kedokteran sudah mampu menyerang penyakitnya.
Para ahli masih mencurigai adanya stres mental yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada sendi tulang. Contoh, timbulnya artritis pada pinggang sebagai akibat dari ketidakberesan mental. Sebuah kecelakaan atau luka lama juga memungkinkan timbulnya artritis di kemudian hari. Para tukang pecah batu, pekerja tambang batu bara, dan para atlet profesional memiliki risiko tinggi untuk terserang artritis. Tapi apabila kegiatan yang mereka lakukan dilakukan secara teratur selama lebih dari 10 tahun, maka semakin tipis kemungkinan terserang artritis.
Artritis tulang pada tangan, erat sekali kaitannya dengan faktor keturunan atau genetik. Ketidakberesan pada sendi tulang diwarisi di masa silam, juga merupakan salah satu faktor timbulnya artritis. Meskipun demikian, para ahli berpendapat, perubahan keseimbangan pada hormon dapat mengakibatkan timbulnva artritis.
Sekalipun kaitan antara estrogen dengan artritis tulang masih belum jelas, kenyataannya jumlah penderita artritis wanita lebih banyak bila dibandingkan pria, terutama setelah mereka mengalami menopause. Orang gemuk juga lebih banyak terserang artritis daripada yang kurus, terutama yang sering diserang sendi lutut. Para ahli masih belum dapat mengatakan, apakah ini disebabkan kelebihan beban pada sendi lutut, atau disebabkan ketidakberesan pada sistem metabolisnya.
Apakah seseorang akan terserang artritis apabila kedua orang tuanya juga terserang? Para i1muwan masih belum mampu menjawab secara pasti, hingga mereka menemukan cara memblokir enzim atau merangsang tulang rawan yang sebenarnya hanya mernperlambat proses perkembangan artritis yang begitu cepat.
Para dokter biasanya memberikan resep aspirin, untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan. Kemudian memberikan latihan gerakan khusus agar otot menjadi kuat. Tapi, saran ini kelihatannya berlawanan dengan pendapat para ahli yang mengatakan, penderita artritis tidak diperbolehkan membiarkan sendi tulangnya 'membeku' dan juga tidak diperkenankan membuat stres pada sendi tulang yang sudah meradang.
Latihan gerakan di dalam air adalah jawabannya, karena penderita artritis yang paling parah sekalipun, merasa ringan bergerak di dalam air. Sebabnya tekanan udara dalam air membantu menopang berat badan. Tapi sebagian para ahli juga berpendapat langkah yang paling bagus adalah melatih pikiran. Seseorang akan merasakan hidupnya penuh arti, apabila ia sedang bergembira. Sebaliknva, ia akan merasakan hidup ini hampa apabila sedang berputus asa.
Dengan cara pengurutan atau pijat juga mampu meringankan penderitaan. Kalau gagal, dokter ahli akan siap memasang sendi tulang buatan. Dengan cara pembedahan, para ahli mampu berbuat banyak dalam meringankan penderitaan pasien.
Sistem pembedahan dengan memasang sendi tulang buatan, dianggap jauh lebih berhasil bila dibandingkan dengan sistem penggunaan obat yang sering dalam dosis tinggi dan dalam jangka waktu lama sekali. Para ahli mengetahui, penggunaan obat anti reumatik, dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, tapi mereka masih belum mengetahui bagaimana dan mengapa itu dapat terjadi.
Dalam suatu percobaan, terbukti obat itu kurang efektif untuk penyakit TBC, tapi cukup berhasil untuk penderita artritis. Jenis obat yang digunakan itu hvdroxychloroquine, methotrexate dan cyclosporine. Disamping itu sedang diuji coba penggunaan obat kanker, interferon dan interleukin yang kemungkinan mampu mengurangi penderitaan pasien artritis parah.

Kerusakan Pada Mata
Dalam percobaan berikutnya, para ahli mengalami beberapa kegagalan dalam penggunaan hydroxychloroquine dan methotrexate. Di samping mengandung racun, obat tersebut memiliki akibat sampingan dan ternyata hanya sepertiga pasien yang kondisinya membaik setelah minum obat tersebut.
Hydroxychloroquine menyebabkan kerusakan pada mata secara permanen, sedangkan methotrexate dapat menimbulkan masalah pada darah dan liver. Obat yang memodulasi sistem kekebalan tubuh, juga mempengaruhi kemampuan tubuh dalam menolak infeksi. Itulah sebabnya, hingga sekarang masyarakat masih mengharapkan ada obat ampuh anti peradangan pada sendi tulang tapi tidak mengandung racun atau menimbulkan akibat sampingan.
Tahun 1930-an para ahli menemukan cortisone yang dianggap mampu menyembuhkan artritis, tanpa menimbulkan akibat sampingan seperti halnya merapuhnya tulang, menipisnya kulit, dan meningkatnya tekanan darah. Kini, para dokter menggunakan obat tersebut untuk artritis yang sudah mengganas.
Oraflex obat sejenis yang diproduksi tahun 1982 dan terbukti sangat ampuh, ternyata tiga bulan kemudian ditarik kembali dari peredaran karena dilaporkan ada 72 penderita artritis yang meninggal dunia setelah minum obat tersebut. Sebagian besar dari mereka mengalami kerusakan pada jaringan ginjal dan liver.
Para ahli yang mengadakan pengamatan terhadap terapi artritis mengalami kesulitan, karena penyakit ini sangat bervariasi. Akibatnya mereka sulit menentukan apakah perubahan-perubahan yang terjadi pada penyakit itu bersifat alami atau tidak. Kondisi seperti ini sangat mengacaukan hasil dari pengobatan itu sendiri. Sungguh memprihatinkan! (WS/MK)

Ujian buat Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Oleh
Rusdian Lubis
Kepala Pusat Studi Lingkungan Unhas, Ujungpandang.
Harian Kompas, 17 Maret 1992

TAHUN 1992 tampaknya akan menjadi ujian berat buat Menteri Negara KLH/Ketua Bapedal (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan) dan aparat-aparat pemerintah yang terlibat dengan masalah lingkungan hidup. Keputusan Menneg KLH no: 52/1987 menentukan tanggal 5 Juni 1992 sebagai batas waktu penyusunan Studi Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan (SEMDAL) untuk proyek dan kegiatan pembangunan, yang telah berjalan dan diperkirakan mempunyai dampak nyata terhadap lingkungan.
Akhir-akhir ini, menyimak gebrakan-gebrakan Emil Salim terhadap beberapa industri yang makin gencar, naga-naganya Menteri Negara KLH/Ketua Bapedal konsisten menetapkan tanggal tersebut sebagai D-Day. Tetapi, mengutip Virgil: sed fugit interea, fugit inreparabile tempus; waktu berlalu seperti terbang dan tidak akan kembali. Jangka waktu lima tahun sejak keputusan No. 52/ 1987 itu telah hampir habis; tanpa terasa Juni 1992 sudah di ambang pintu.
Sementara itu, jangankan semua industri atau proyek lama melengkapi SEMDAL, sampai saat ini masih sangat banyak industri baru yang belum menyusun AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), apalagi menepati Rencana Kelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Mengapa hal ini terjadi?

Persepsi keliru
Pokok pangkalnya, masih banyak persepsi keliru tentang AMDAL. Menurut PP No. 29/ 1986, AMDAL sebagai tolok ukur kelayakan lingkungan dimaksudkan untuk melengkapi kelayakan teknis dan ekonomis suatu. proyek. Tetapi, masih banyak kalangan usahawan atau pemilik proyek yang menganggap AMDAL hanya akan menambah biaya investasi dan menyebabkan "ekonomi biaya tinggi". Oleh banyak usahawan, AMDAL masih sering dianggap sebagai sekadar syarat pro forma untuk mendapatkan akad kredit atau izin investasi, atau AMDAL malah bisa diatur belakangan setelah izin investasi keluar. AMDAL cuma ila-ila atau bahkan dianggap semacam regulasi baru yang tidak cocok di zaman deregulasi saat ini. Tidak heran kalau banyak pihak berusaha menghindari AMDAL atau membuat AMDAL asal jadi.
Anggapan-anggapan tersebut telah berulangkah dibantah Menteri Negara KLH. Nyatanya, memang biaya untuk pembuatan dokumen AMDAL hanya merupakan komponen kecil dari biaya investasi. Banyak kasus menunjukkan, proyek-proyek bernilai milyaran rupiah hanya menggunakan sebagian kecil dari biaya investasi untuk AMDAL. Biaya-biaya ini lebih kecil dari biaya untuk membayar konsultan manajemen teknis atau bahkan biaya untuk promosi dan iklan. Percayalah, pada situasi ekonomi uang ketat dan pajak tinggi seperti sekarang, akan banyak usahawan menghindari AMDAL dengan bermacam kilah dan kelit. Jangan lupa, tahun ini adalah Tahun Monyet yang tricky.

Kendala pelaksanaan AMDAL
Meskipun demikian, tidak fair juga untuk menimpakan semua kesalahan hanya kepada kalangan usahawan. Ada beberapa kendala yang menyebabkan mereka sulit untuk memenuhi kewajiban membuat AMDAL, yang betul-betul memenuhi syarat PP 29/1986. Pertama, kendala ketersediaan dan kualitas konsultan AMDAL.
Sejak tahun 1980-an KLH dibantu oleh Pusat Studi Lingkungan di universitas-universitas, mulai mendidik konsultan AMDAL berkualifikasi A (dasar) atau B (penyusun) dan C (penilai). Sekarang mungkin ada ratusan konsultan AMDAL di Indonesia. Tetapi, karena AMDAL adalah kajian multidisiplin, suatu integrasi kajian biologi-kimia-teknis-sosial-ekonomi-budaya, maka secara teoretis AMDAL, banyak memerlukan sumber daya manusia dari berbagai disiplin dan sarana laboratorium. Faktor ini sering membatasi gerak konsultan, terutama di daerah. Akibatnya, kualitas dokumen AMDAL juga bervariasi dari asal jadi, sederhana, serius, sampai rumit atau hanya glossy report.
Masalah kualitas juga ditentukan oleh kondisi pasar AMDAL. Di daerah yang sedikit punya industri, katakanlah di IBT, pasar AMDAL adalah thin market; relatif banyak konsultan yang berebutan pasar terbatas. Dalam situasi ini, banyak konsultan banting harga dan mau membuat studi AMDAL dengan biaya rendah. Ini jelas menurunkan kualitas. Sebaliknya, di daerah yang relatif banyak industri dibandingkan jumlah konsultan AMDAL, sering terjadi over-demand untuk studi AMDAL. Apalagi menielang Juni 1992, bisa diperkirakan, konsultan AMDAL akan "panen". Dampaknya terhadap kualitas juga negatif. Karena, sebuah biro konsultan AMDAL akan menggarap berbagai macam proyek, katakanlah dari pabrik semen sampai penangkaran monyet. Situasi tersebut mendorong mereka bertindak tidak profesional dan bahkan sering tidak etis. Kasus-kasus AMDAL fiktif yang belakangan ini ramai dibicarakan, adalah salah satu contoh.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pernah ada pemikiran untuk mengontrol kualitas melalui self-regulation, dengan melembagakan para konsultan AMDAL dalam suatu organisasi profesi, sebut saja Ikatan Konsultan AMDAL Indonesia. Tetapi, perlu dipahami, bahwa regulasi berhubungan dengan kelembagaan. Regulasi tidak beroperasi pada institutional vacuum. Ikatan atau asosiasi tersebut dikhawatirkan akan menjurus pada pembentukan kartel, yang mempunyai kekuatan monopoli.
Menurut teori, pembentukan kartel merupakan distorsi. Paling minimum akan terjadi monopoli arus informasi antara anggota dan bukan anggota kartel. Sebuah kajian tentang masalah ini oleh Moy dan Veljanoski di Australia, mengungkapkan, bahwa mudarat kartel AMDAL tersebut lebih besar dari maslahatnya. Social lossnya ternyata lebih besar dari perbaikan kualitas yang diharapkan. Anggota kartel juga cenderung cheating. Dan, mengapa harus ada regulasi lagi? Sementara ini, peraturan Menteri Negara KLH tentang konsultan AMDAL yang mensyaratkan pendaftaran konsultan, mungkin telah mencukupi, meskipun jelas tidak sangat memuaskan.
Kedua, kendala-kendala yang berhubungan dengan pengawasan pihak ketiga (third party review). Selama ini kontrol kualitas dilakukan oleh birokrasi pengawasan: Komisi Daerah di tiap propinsi dan Komisi Pusat di tiap departemen yang diatur dengan Keputusan Menteri 53/1987, dan sejak tahun 1990 dilengkapi dengan Bapedal. Ada empat faktor yang menentukan keefektifan pengawasan tersebut, yaitu keahlian anggota komisi, anggaran untuk komisi, statutory power untuk memperoleh informasi, dan persepsi serta integritas para birokrat tentang lingkungan hidup.
Keahlian komisi dan anggaran untuk komisi jelas menentukan kelancaran review studi AMDAL. Kelambatan dan back-log dalam review sering terjadi, karena keahlian anggota komisi dan anggaran biaya (imbalan) untuk anggota komisi rendah. Kedua faktor ini merepotkan konsultan AMDAL terutama di daerah, yang harus bolak-balik berkonsultasi dengan Komisi Pusat di Jakarta, cuma untuk membetulkan koreksi dan tata bahasa; membuka peluang kick-back dan main mata antara konsultan dengan anggota komisi. Keterlambatan ini juga sangat merugikan usahawan "berwawasan lingkungan" yang beritikad baik memenuhi kewajiban membuat AMDAL dan menunggu proses perizinan.
Untuk mengatasi back-log dalam review, sebaiknya memang Komisi Daerah diberi wewenang lebih besar dalam review AMDAL di daerah tersebut. Departemen Parpostel misalnya, telah melakukan pelimpahan wewenang dalam review kepada Komisi Daerah. Tetapi, juga perlu dimaklumi, bahwa keahlian anggota Komisi Daerah di beberapa daerah tertentu, sangat terbatas. Untuk ini perlu ditingkatkan keahlian mereka melalui pendidikan AMDAL (terutama AMDAL Penilai), yang biasanya dikelola oleh Pusat Studi Lingkungan universitas setempat.
Kedua faktor lainnya, statutory power dan integritas anggota komisi, juga menentukan obyektivitas pelaksanaan AMDAL. Harap maklum, bahwa para anggota komisi, terutama komisi daerah, seringkali tak punya nyali untuk mengorek informasi proyek-proyek besar yang "strategic" atau milik kelompok-kelompok tertentu. Integritas dan obyektivitas anggota komisi seringkali diuji.
Di samping itu, banyak juga terjadi ekses konflik kepentingan, misalnya jika anggota komisi punya proyek dan atau malah biro konsultan AMDAL sendiri. Masalah-masalah semacam ini merupakan batu-batu ujian yang tersebar di jalan panjang menuju pembangunan berwawasan lingkungan.