Laman

Rabu, 01 Juli 2009

Kecelakaan yang terjadi di rumah belum serius mendapatkan perhatian

Oleh:
Dr Rudolf LS Pattiata
Kapuslitbang Yankes RI
SURYA, Selasa 15 September 1992 HALAMAN 11

PIHAK berwenang memperkirakan bahwa dari semua jenis kecelakaan, kecelakaan rumah merupakan jenis kecelakaan yang paling sering terjadi. Pada suatu seminar di tahun 1987, Departemen Kesehatan RI menyebut frekuensi antara 18,45 % (desa) dan 13,25 % (kota).
Bila diterapkan untuk seluruh penduduk Indonesia maka niscaya ratusan ribu, bahkan mungkin jutaan warga tiap tahunnya mendapat kecelakaan. Statistik Amerika Serikat mencatat empat hingga lima juta orang mengalami kecelakaan di rumah tiap tahun, dengan 25.000 hingga 30.000 kematian.
Pakar di Eropa menemukan bahwa frekuensi kecelakaan rumah tiga kali lebih besar dibanding kecelakaan lalu-lintas. Walaupun angka-angka itu terlihat sangat mengesankan namun realita menunjukkan bahwa tidak ada satu pihak pun mengetahui masalah secara rinci. Hal ini sangat merisaukan sebab bagaimana bisa ditanggulangi apabila masalahnya saja masih kabur?!
Memang benar masalah kecelakaan rumah masih sukar ditelusuri. Setidak-tidaknya ada dua persoalan besar yang dapat dikenal di sini, yaitu: persoalan kejadiannya (accident) dan persoalan akibatnya (injury).
Dua persoalan besar ini masing-masing dapat di analisis terpisah, namun pada akhirnya hasil analisa itu harus digabung kembali. Hanya dengan jalan ini akan dapat didekati masalah kecelakaan rumah yang demikian pelik itu.
Pada artikel lain akan kita kupas hubungan dan kaitan antara kejadian dan akibatnya (accident and injury) yang sangat penting untuk penanggulangan kecelakaan di rumah.
Mengapa sulit membuka tabir kecelakaan di rumah?
1. Kecelakaan rumah adalah kejadian intern keluarga. Biasanya anggota keluarga tidak terdorong untuk melihat kejadian itu dalam skala luas. Kalau kecelakaan itu ringan saja, untuk apa diperbincangkan? Semua orang toh pasti mengalaminya. Apabila luka yang terjadi itu ringan, maka ini dianggap wajar saja. Jadi kecelakaan yang ringan malahan bukan dianggap masalah.
2. Bagaimana dengan kecelakaan yang berat, atau pada kecelakaan yang menimbulkan maut? Di sini berlaku kaidah lain. Korban cepat diberi pertolongan, atau di bawa ke fasilitas medis. Dengan demikian masalah menyita seluruh perhatian, penyebab kejadian tidak dihiraukan. Pada kecelakaan fatal, orang bahkan akan lebih terdorong untuk tidak menyebar luaskan "masalah intern ini" ke dunia luar.
3. Spektrum kecelakaan rumah sangat kompleks, luas dan erat berkait dengan segi kehidupan keluarga serumah (bahkan terpaut pula dengan lingkungan RT/RW). Dengan demikian analisis susah memisahkan antara masalah utama dan masalah lain, antara faktor sebab dan faktor akibat, dan antara hal yang mempersulit dan hal yang memudahkan terjadinya kecelakaan. Kerumitan ini akan pula dibicarakan dalam artikel lain.
4. Kecelakaan rumah belum menjadi topik yang menarik bagi media massa. Kalau pun ada kasus kecelakan yang masuk koran, yang ditonjolkan biasanya aspek"beiitanya"(sensasi, dramatik, dsb). Kecelakaan rumah sebagai salah satu rubrik tetap masih belum ada, baik di dalam koran maupun dalam majalah atau mingguan. Ini berbeda sekali dengan kecelakaan lalu-lintas.
5. Dunia ilmiah (fakultas) dan lembaga pemerintah rasanya juga belum menganggap kecelakaan rumah sebagai sesuatu yang perlu disorot oleh para ahli. Namun bagian Public Health FKUI pada tahun 1955-1960 dan Depkes RI pada tahun 1987 sudah memulai beberapa survey dan kegiatan pengumpulan data mengenai masalah ini. Juga di luar negeri (WHO) masalah ini baru belakangan saja mulai diperbincangkan. Di dalam katalog terbitan WHO (1949-1975) hanya ada satu monograf yang khusus membicarakan kecelakaan di rumah (domestic accidents).
Demikian beberapa kendala yang menyebabkan bahwa masalah kecelakan rumah masih merupakan sesuatu yang tersamar. PMI merasa bahwa justru dalam menyongsong era tinggal landas masalah ini perlu lebih dikenal. Pembangunan Nasional diharapkan menghasilkan manusia Indonesia yang sehat seutuhnya. Kecelakaan di rumah adalah sesuatu yang rawan, apabila belum diketahui dengan pasti dampak negatifnya terhadap pembangunan keluarga dan pembangunan masyarakat. Oleh sebab itu tabir tersebut perlu disingkirkan. Artikel-artikel yang akan datang, akan berupaya menyingkap keadaan sebenarnya dari masalah kecelakaan di rumah. Semua itu tentu dengan tujuan mencegah kejadian itu atau mengurangi dampak negatifnya.

Herpes genitalis, penyakit menular karena virus 'cinta'

Harian SURYA, 21 September 1992

HERPES genitalis merupakan penyakit menular karena hubungan seksual yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini kumat-kumatan dengan manifestasi pada daerah kelamin dan sekitarnya.
Penyakit ini sebagian dari penyakit herpes simpleks yang dapat menyerang manusia dengan cara penularan lewat hubungan kelamin, melalui jalan pernafasan atau secara kontak langsung, bahkan dengan melalui alat-alat yang dipakai penderita seperti gelas, handuk ataupun sabun.
Menurut dr Achmad Ghozali Soeparlan, dari Lab/UPF Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr Soetomo Surabaya, ini terjadi karena penyakit ini disebabkan oleh dua tipe virus yaitu herpes-simpleks-virus (HSV) tipe 1 dan tipe 2.
HSV tipe 1 menyebabkan kelainan di daerah mulut (bibir) dan sekitarnya, karenanya disebut herpes labialis, atau menyerang daerah di dalam mulut seperti gusi, tonsil dan disebut gingivostotamatitis, sedang penularannya melalui saluran pernafasan (droplet infections) atau melalui kontak langsung dengan kulit yang menderita sakit (misalnya dengan berciuman) atau dengan alat-alat yang dipakai.
HSV tipe 2 menyebabkan kelainan di daerah alat kelamin dan sekitarnya, karenanya disebut herpes genitalis dan penularannya biasanya melalui hubungan kelamin atau pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita herpes genetalis secara langsung sewaktu ia melalui jalan lahir yang menderita penyakit tersebut.
Mayoritas orang mengalami infeksi primer oleh HSV tipe 1 pada masa anak-anak, sedang infeksi dengan HSV tipe 2 terjadi umumnya pada permulaan umur duapuluhan. Infeksi dengan HSV tipe 2 ini berhubungan pula dengan peningkatan aktivitas seksual karenanya disebut juga 'virus cinta'.
Mereka yang pertama kali kemasukan virus hanya sekitar l persen yang menunjukkan gejala klinik, jadi sekitar 99 persen tidak tampak sakit, namun mengandung virus herpes simpleks di dalam tubuhnya. Mereka dengan jumlah 99 persen ini berada dalam keadaan laten disebut carier dan mempunyai kemampuan untuk menularkan virusnya pada orang yang sehat. Hal ini dimungkinkan karena virus tersebut dapat keluar dari tubuh tuan rumahnya melalui cairan yang keluar dari mata, mulut, kulit dan alat kelamin.

Gejala klinik
Setelah herpes simpleks tipe 2 masuk ke dalam tubuh seorang yang sehat, segera berkembang baik di tempat masuknya, kemudian masuk ke dalam kelenjar getah bening regional, selanjutnya masuk ke dalam aliran darah (pada masa ini ada kemungkinan penderita merasa demam, nyeri otot-otot, dan mengeluh sakit kepala) dan kemudian menuju ke dalam kulit atau selaput lendir dan memperbanyak diri lagi. Gambaran kulit yang tampak berupa timbulnya gelembung-gelembung kecil (vesikule) yang bergerombol berisi cairan bening di atas kulit yang kemerahan. Vesikule ini kemudian pecah menimbulkan luka yang semula dangkal dan nyeri. Secara bertahap luka ini menyembuh sempurna dalam waktu lebih kurang 18 hari.
Pada orang dewasa wanita kelainannya berupa vulvovaginitis juga uretritis sehingga menimbulkan keluhan nyeri sewaktu buang air kecil. Pada orang dewasa pria terjadi kelainan pada batang penis, luka pada gland penis atau pada preputium (kulit penutup gland) bagi mereka yang tidak disunat, juga uretritis yang sangat nyeri. Selain itu dapat pula terjadi kelainan kulit sekitar genitalia.
Salah satu sifat yang khas bagi virus tersebut adalah kemampuannya untuk memasuki keadaan subklinik yang disebut juga dengan keadaan laten dan berlokasi pada sistem saraf dalam ganglia (simpul saraf) dan timbul kembali dalam keadaan tertentu.
Setelah penyembuhan ini sewaktu-waktu penyakit ini akan kambuh, namun gejalanya biasanya lebih ringan dari pada infeksi yang pertama. Sebelum timbul vesikule mungkin didahului keluhan rasa nyeri pada daerah yang akan timbul vesikulenya, rasa nyeri dari tulang punggung sampai ke bokong bahkan sampai ke lutut. Beberapa hari kemudian baru timbul vesikule. Timbulnya kekambuhan ini pada daerah yang sama dengan sewaktu timbul pertama kali. Faktor pencetus kekambuhan dapat berupa kelelahan Fisik, stres mental bahkan dapat juga hubungan seksual. (tmt)

Berbahaya menurunkan berat badan dengan sauna

Harian SURYA, 1 September 1992

KEGEMUKAN atau obesitas tidak lain adalah akibat penimbunan lemak yang berlebihan. Biangnya bisa dipastikan, karena konsumsi karbohidrat yang berlebihan, yang dalam proses selanjutnya akan berubah menjadi lemak.
Dalam batas normal, lemak ini digunakan sebagai cadangan energi. Kurangnya aktivitas fisik akan menyebabkan hormon pengurai lemak tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Faktor lain yang menyebabkan kegemukan adalah kelainan endokrin, namun demikian bisa juga karena faktor psikosomatik seperti stres, perasaan sedih yang mendalam.
Orang dikatakan gemuk, jika beratnya 20 persen di atas berat ideal atau lebih. Berat ideal adalah tinggi badan dikurangi 100 sedang sisanya dikurangi lagi sepuluh persennya.
Hanya saja harus diperhatikan, menurunkan berat badan tidak cukup hanya dengan diet. Olahraga ternyata juga memberikan pengaruh yang begitu besar. Bahkan cara ini merupakan cara paling efektif untuk menurunkan berat badan. Betapa tidak, dengan olahraga dalam waktu seminggu berat badan akan turun sekitar satu kilogram.
Sayangnya, orang sering beranggapan, olahraga akan menambah nafsu makan. Justru sebaliknya, orang yang tidak pernah olahraga atau berolahraga tidak sesuai ukuran, masukan makanannya jauh melebihi kebutuhan energinya.
Karenanya, dokter olahraga yang juga kolumnis di beberapa Surat kabar, dr Sadoso Sumosardjuno dalam seminar "Cara Sehat Menurunkan Berat Badan", yang diselenggarakan Majalah Intisari di Jakarta, Sabtu (29/8) menyarankan kombinasi keduanya.
Ia mengacu pada beberapa percobaan yang menunjukkan hasil cukup menggembirakan. Misal saja penelitian Oscai dan Holloszy terhadap kelompok atau grup yang melakukan diet dan grup yang melakukan latihan berenang (olahraga). Setelah 18 minggu penelitian, kelompok yang melakukan olahraga berhasil menurunkan lemak 78 persen, protein lima persen, mineral satu persen, air 16 persen. Sedangkan grup diet lemak 62 persen, protein 11 persen, mineral satu persen, air 26 persen.
Sebagai pembanding, grup yang tidak berolahraga dan makan bebas. Pada grup ini setelah 18 minggu percobaan terjadi penambahan berat: lemak 87 persen, air sepuluh persen.Yang jelas, kata Sadoso dengan olahraga protein tidak banyak hilang. "Hilangnya air terjadi pada yang memerlukan makanan, dan merasa lebih cepat berhasil dalam penurunan berat badan yang sebenarnya penurunan lemaknya kalah banyak dengan latihan olahraga," ujar Sadoso.

Berbahaya
Sadoso menyatakan, diet yang terlalu ketat berbahaya bagi kesehatan. Sebab, dengan diet ketatyanghilang bukan saja lemak, tapi juga air dan jaringan-jaringan lain yang diperlukan tubuh. Celakanya lagi, berat badan akan naik lagi setelah minum. Dan di tempat yang kehilangan jaringan tersebut akan terisi lemak.
"Tak ada cara yang cepat untuk menghilangkan lemak. Jangan menurunkan berat badan dengan masuk sauna, rollers atau cara- cara lain yang dapat menurunkan berat badan secara drastis," pesan Sadoso. Malahan Sadoso menilai, sauna merupakan cara penurunan berat badan yang berbahaya. Karena waktu berada dalam sauna temperatur badan kita naik, sehingga kita berkeringat, katanya. Tapi keringat tidak dapat menguap untuk menurunkan temperatur badan. Malahan dalam keadaan yang ekstrem hal ini dapat menyebabkan gangguan panas badan, misalnya stroke. "Karenanya sauna bukan tempat untuk menurunkan berat badan, tapi untuk menghilangkan capai secara cepat," katanya.
Menurut Sadoso, latihan senam (calisthenic) seperti sits-up, yang dianjurkan untuk mengurangi lemak perut kurang tepat. Sits-up hanya untuk mengencangkan atau menguatkan otot perut saja. Kegiatan ini kurang cocok untuk orang tua yang kesegaran jasmaninya kurang.
Dra Emma S Wirakusumah MSc, seorang ahli gizi yang turut berbicara dalam seminar itu mengatakan, keberhasilan program diet sangat tergantung pada disiplin penderita. Menurutnya, cara yang mudah tapi sulit dilakukan adalah mengatur pemasukan kalori ke dalam tubuh dengan cara membatasi atau membakar kelebihan kalori tubuh dengan meningkatkan aktivitas fisik ataupun mengkombinasikan keduanya.
Mengurangi masukan kalori, meningkatkan penggunaan energi atau kombinasi keduanya itulah yang termasuk cara ilmiah untuk menurunkan berat badan. Dari sudut pandang ilmu gizi, Emma mengatakan, pada prinsipnya diet dilakukan dengan membatasi makanan bersumber kalori: hidrat arang dan lemak, dengan tetap memperhatikan keseimbangan zat-zat gizi lain seperti protein, vitamin, mineral.
Orang yang gemuk mempunyai peluang lebih besar terhadap beberapa penyakit seperti darah tinggi, jantung koroner, diabetes mellitus (kencing manis). (rma)

Seminggu sekali 'jajan' risiko terkena AIDS menjadi 24 persen

Harian SURYA, 14 April 1993

POLA penyebaran penyakit AIDS di dunia ada beberapa macam. Pola yang pertama adalah pola penyebaran Amerika Serikat dan Eropa. Penyebarannya melalui homoseksual dan pemakaian obat. Pola lain yang berbeda adalah pola penyebaran Afrika di mana penyebarannya melalui hubungan heteroseksual.
"Pola penyebaran yang ada di Indnonesia, nampaknya akan sama dengan pola Afrika," demikian dr Siti Pariani MSc PhD, dalam seminar sehari "Penanggulangan AIDS' yang dilaksanakan Depkes bekerja sama dengan FK Unair dan RSUD Dr Soetomo Surabaya, Kamis (8/4) bertempat di aula FK Unair.
Ia menyatakan bahwa Indonesia harus belajar dari kasus yang terjadi di Thailand. Pada tahun 1985 belum mencatat adanya penderita AIDS, tetapi pada tahun 1993, catatan terakhir menunjukkan jumlah penderita AIDS menjadi 600.000 orang. Pendataan yang dilakukan menunjukkan bahwa satu dari tiga WTS yang ada di Thailand sudah terjangkit virus maut HIV.
Catatan di Thailand menunjukkan:
* Jika seseorang berhubungan seks (dengan WTS) sekali hingga tiga kali dalam setahun, maka risiko terkena HIV adalah sebesar empat persen.
* Hubungan seksual 4-6 kali pertahun, risiko HIV meningkat menjadi 10 persen, terkena risiko penyakit seks menular seperti sipilis. GO sebesar 17 persen.
* Jika dilakukan tiap minggu, risiko terkena HIV menjadi 24 persen, terkena penyakit seks menular 48 persen.

Kenali risiko tinggi
Cara pencegahan yang paling efektif untuk penyakit AIDS adalah dengan cara vaksinasi. Sayangnya, hingga kini dunia kedokteran belum menemukan vaksin yang diperlukan umat manusia ini.
Penularan utama AIDS adalah melalui cairan tubuh seperti transfusi darah maupun cairan tubuh lainnya. Tetapi cara yang paling potensial adalah melalui hubungan seksual.
Hubungan seksual baik homoseksual maupun heteroseksual merupakan cara penularan yang umum dewasa ini. Sebab cara penularan lainnya seperti melalui transfusi darah sudah diawasi sedemikian ketat.
Berikut ini adalah aktifitas seksual yang aman, mempunyai risiko rendah dan risiko tinggi.

Aktifitas seks aman:
^ Ciuman sosial (drY kissing)
^ Memijat, memeluk, memegang, mengelus tubuh.
^ Masturbasi sendiri atau bersamaan.
Aktifitas berisiko rendah:
^ Ciuman mulut dengan mulut (deep kissing, French kissing)
^ Senggama vaginal dengan kondom
^ Fellatio interuptus (tanpa ejakulasi dalam mulut)
^ Senggama anal dengan kondom
^ Cunnilingus (kontak oral vaginal).
Aktifitas seks berisiko tinggi:
^ Senggama vaginal tanpa kondom
^ Senggama anal tanpa kondom
^ Fellatio dengan ejakulasi dalam mulut
^ Cunnilingus waktu menstruasi.
^ Kontak oral anal
^ Manual anal seks (memasukkan tangan dalam rektum). (rr)

Penyakit Jantung Pada Wanita Hamil

Oleh : Prof. Dr. Ratna Suprapti Samil
Mingguan MIMBAR KARYA, Minggu II Mei 1993

Perubahan-perubahan pada sistem kardiovaskuler akan berlangsung pada kaum ibu yang sedang mengandung. Perubahan-perubahan itu sedikit banyak akan berpengaruh pada janin dalam kandungan, apalagi bila kebetulan sang ibu menderita penyakit jantung.
Jantung seorang ibu hamil akan bekerja lebih berat, karena oksigen yang sangat dibutuhkan janin, hanya dapat disuplai melalui darah sang ibu. Kondisi demikian inilah, yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan sistem kardiovaskuler, meskipun masih dalam batas-batas fisiologik. Pada masa kehamilan, kekerapan detak jantung memang agak meningkat, begitu pula denyut nadi, yang bisa mencapai 88 pulse per menit, terutama dalam usia kehamilan 34 - 36 minggu.
Volume plasma pada masa kehamilan, juga meningkat. Menurut Adams (1954), peningkatan volume plasma bermula pada sekitar akhir trimester, dan mencapai puncaknya pada sekitar minggu ke 32-34, yang kemudian menetap selama trimester terakhir kehamilan. Pada saat itu, volume plasma bertambah sebesar 22% dibandingkan pada saat sebelum mengandung. Peningkatan volume plasma masih berlangsung setelah 12 - 24 jam pasca-persalinan. Setelah proses itu terlewati, volume plasma akan menurun kembali pada nilai volume plasma seperti sebelum hamil. Proses penyesuaian volume plasma ini, berlangsung hingga dua minggu pascapersalinan. Semua ini merupakan perubahan alamiah, yang tidak akan berpengaruh pada jantung normal. Tetapi jantung yang sakit, tentunya bakal kewalahan.

Ibu Hamil Penderita Jantung
Masa kehamilan 32-34 minggu, merupakan saat-saat yang paling berbahaya bagi seorang ibu hamil penderita jantung. Itu karena hipervolemia mencapai puncaknya. Pada saat-saat seperti itu, kerja jantung menjadi sangat berat. Sehingga ada kemungkinan, jantung yang sakit itu tidak mampu lagi menunaikan tugasnya. Ini yang disebut dekompensasi kordis.
Perubahan volume darah yang terjadi pada penderita penyakit jantung, merupakan hasil dari proses adaptasi sebagai upaya kompensasi untuk mengatasi kelainan yang ada. Perubahan yang terjadi sangat dipengaruhi adanya kelainan, dan jangka waktu ter jadinya kelainan.
Penderita dengan gangguan kardiovaskuler mempunyai toleransi yang sangat buruk terhadap penurunan volume darah dan pada saat yang sama, juga tidak beradaptasi terhadap kelebihan volume sirkulasi. Volume darah yang terdapat dalam sirkulasi penderita berada dalam keseimbangan sesuai dengan kelainan yang ada.
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksida dan sianosis, hasil konsepsi dapat menderita pula dan mati, yang kemudian disusul oleh abortus. Apabila konseptus dapat hidup terus, anak dapat lahir prematur atau lahir cukup bulan, akan tetapi dengan berat badan rendah (dismaturitas). Selain itu, janin dapat menderita hipoksia dan gawat janin dalam persalinan, sehingga neonatus lahir mati atau dengan nilai Apgar rendah.
Raharja, Rachimhadhi, Prihartono dan Samil menemukan komplikasi prematuritas dan BBLR pada penderita penyakit jantung dalam kehamilan lebih sering terjadi pada ibu dengan volume plasma pada usia kehamilan 32 minggu dan partus kala I yang lebih rendah. Hampir semua kelainan kardiovaskuler, baik yang bawaan maupun yang diperoleh, baik yang organik maupun yang fungsionil, dapat dijumpai pada wanita hamil, hanya frekuensi masing-masing tidak sama.
Frekuensi penyakit jantung dalam kehamilan kirakira 1-4%, yang tersering adalah penyakit jantung akibat demam rematik. Saryadi dan Samil (1983) di RSCM mendapatkan 31 dari 39 (79,48%) kasus penyakit jantung dalam kehamilan adalah dengan kelainan katup kronik, di mana 96,77% dengan kelainan katup mitral, dan 87,09% dengan kelainan dasar stenosis katup mitral.
Sebagian besar kasus berada dalam kelompok kurun reproduksi sehat, yaitu 20-29 tahun dengan paritas 0-1. Di sini tampak bahwa peran keluarga berencana cukup besar untuk dapat menurunkan kejadian penyakit jantung dalam kehamilan. Dalam tahun-tahun terakhir sering pula dijumpai kelainan jantung bawaan.
Dari anamnesis sering sudah diketahui, bahwa wanita itu penderita penyakit jantung, baik sejak masa sebelum ia hamil maupun dalam kehamilan-kehamilan yang terdahulu. Terutama penyakit demam rematik mendapat perhatian khusus dalam anamnesis, walaupun bekas penderita demam rematik tidak selalu menderita kelainan jantung.
Penyakit jantung yang berat tidak sulit untuk dikenal. Akan tetapi, karena penyakit jantung dalam keadaan kehamilan lebih sulit, maka jika ada kemungkinan adanya penyakit tersebut harus diminta pendapat seorang dokter yang lebih ahli.
Pengobatan dan penatalaksanaan penyakit jantung dalam kehamilan tergantung pada derajat fungsionalnya, dan ini harus ditentukan pada setiap kunjungan periksa hamil.
Sebaiknya, penderita penyakit jantung dirawat di rumah sakit sekurang-kurangnya 14 hari setelah melahirkan dengan istirahat dan mobilisasi tahap demi tahap serta menghindari infeksi. Sebelum pulang, sudah harus ditentukan prognosis untuk kehamilan yang akan datang.

Penyakit jantung rematik
Sebagian besar penyakit jantung pada kehamilan disebabkan oleh demam rematik. Diagnosis demam rematik pada kehamilan sering sulit, bila berpatokan pada kriteria Jones sebagai dasar untuk diagnosis demam rematik aktif pada kehamilan, maka jarang sekali didapat demam rematik aktif.
Manifestasi yang terbanyak dijumpai adalah poliartritis migran serta karditis. Perubahan kehamilan yang menyulitkan diagnosis demam rematik adalah: nyeri sendi pada wanita hamil mungkin oleh karena sikap tubuh yang memikul beban lebih besar sehubungan dengan kehamilannya serta meningkatnya laju endap darah dan jumlah lekosit.
Disamping itu poliartritis yang didahului oleh infeksi/tokokus sampai gejala karditis dialiggap sebagat artritis post/tokokus. Poliartritis ini tidak dianggap sebagai manifestasi dari demam rematik. Bila terjadi demam rematik pada kehamilan, maka prognosisnya akan buruk.

Kelainan Katup jantung
Kelainan katup jantung yang sering dijumpai pada kehamilan berturut-turut adalah mitral stenosis (MS), gabungan MS dengan mitral insufisiensi (MS-MI), mitral insufisiensi (MI), aorta stenosis (AS), aorta insufisiensi (AI), gabungan antara AS dan AI (AS-AI), penyakit katup pulmonal dan penyakit katup trikuspidal. Angka kejadian katup jantung di RSCM (1983) berkisar 69 % sampai 79 % dari penyakit jantung dalam kehamilan. Peneliti di luar negeri mendapatkan angka antara 85 %- 95 %; perbedaan ini kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan tingkat sarana diagnostik. Mengingat Indonesia merupakan negara sedang berkembang dengan tingkat sosioekonomi yang belum maju.
(Sartika).

Polusi dari bahan kimia tingkatkan kanker payudara

Harian SURYA, 16 Nopember 1992

KASUS kanker payudara di berbagai bagian dunia akhir-akhir ini menunjukkan perkembangan yang pesat. Jika pada tahun 1950-an penyakit ini diderita satu dari 20 orang, maka kini penderitanya meningkat menjadi satu dari sembilan orang.
Belum ada peneliti yang mengetahui penyebab yang pasti dari kanker payudara ini. Akan tetapi sekelompok peneliti dari Green-peace menyatakan bahwa kemungkinan polusi dari bahan-bahan kimia sintetis menjadi biang keladi dari terjadinya kanker payudara.
Kendati demikian mereka belum berbasil membuktikan hal tersebut secara teoritis, namun mereka yakin bahwa bahan kimia sintetis memegang peran penting. Pernyataan ini juga diperkuat oleh Samuel Epstein dari University of Illionis Medical Centre yang juga menulis laporan tentang masalah ini.
"Yang jelas, selama ini tidak ada kemajuan dalam usaha membendung membengkaknya jumlah penderita kanker," demikian Epstein mengritik lembaga pemerintahan. Ia menyebut selama ini kurangnya perhatian tentang masalah zat karsinogen.
Studi ini menurut Reuter juga memperoleh fakta-fakta antara lain :
^ Dalam sepuluh tahun terakhir jumlah penderita kanker meningkat seiring dengan memburuknya lingkungan hidup akibat pencemaran bahan kimia sintetik.
^ Negara-negara yang industrinya maju juga mempunyai penderita kanker payudara yang lebih banyak dibanding negara-negara yang nonindustri.
^ Wanita di Amerika Serikat yang tinggal dekat dengan industri menerima risiko enam kali lebih besar terkena kanker payudara dibanding wanita yang hidup di daerah pertanian.
^ Bangsa-bangsa yang mengkonsumsi lemak lebih banyak juga mempunyai penderita kanker lebih besar, hal ini dihubungkan dengan bahan kimia yang terdapat dalam hewan yang dikonsumsi.
^ Kecurigaan terbesar ada pada zat organochlorine yang dibuat dari chlorine, yang mulai diproduksi secara besar-besaran saat selesainya Perang Dunia II. (rr)

Pengaruh Makanan Terhadap Kesehatan

Mingguan MIMBAR KARYA, Minggu III Desember 1992

Kalau wanita menyukai makanan lezat, itu sangat manusiawi. Siapa sih yang tahan melihat kue tar black forest, ice cream, coklat, atau cumi-udang goreng saus tiram, dan kepiting rebus ala Nanking?
Nah, disadari atau tidak, ternyata makanan dapat mempegaruhi kesehatan. Bahkan makanan tertentu dapat menyebabkan malapetaka. Namun terkadang kelezatan makanan menyebabkan orang lupa akan bahaya yang timbul dikemudian hari. Sedia payung sebelum hujan, seyogyanya dianut orang-orang yang mengidap penyakit tertentu dan berpantang terhadap makanan tertentu.

Migrain, atau penyakit yang menyerang kepala, sehingga penderita tersiksa dengan rasa pusing yang teramat sangat. Menurut Alan M.Rapoport, MD, Direktur New England Center for Headache, Stamford, Amerika, migrain sering disebabkan oleh makanan tertentu. Reaksi dari zat kimia dari makanan tertentu menyebabkan pembuluh darah di kepala melebar dan menyempit, sehingga menimbulkan rasa sakit (pusing).
Ada empat zat kimia yang menyebabkan sakit kepala atau migrain, tyramine yang terdapat pada minuman anggur merah, keju tua, hati (jeroan), kacang-kacangan, pisang, yogurt dan roti yang baru dipanggang.
Penylethylamine, terdapat pada coklat. Nitrates, terdapat pada produk daging yang diawetkan. Monosodium glutamat, terdapat pada bumbu penyedap (vetsin).
Sebaliknya kopi (caffein) dapat membantu mengatasi migrain, karena dapat memperlebar saluran darah di kepala sebagai penyebab rasa sakit.

Menopause. Wanita perlu mengkonsumsi sedikitnya 800 miligram kalsium per hari, demikian ungkap Bess Dawsan Hughes, MD pakar nutrisi dari Tuft University, Boston. Ini dapat terpenuhi dengan memakan yang mengandung 300 miligram kalsium, tiga kali sehari. Berdasarkan riset, wanita ternyata hanya mengkonsumsi setengah dari jumlah tersebut. Kandungan kalsium tertinggi terdapat pada produk makanan hewani. Pada produk nabati, kandungan kalsium lebih kecil.
Beberapa ahli menyatakan bahwa mengkonsumsi 800 miligram kalsium per hari belum mencukupi kebutuhan. Suatu penelitian terbaru pada Universitas Massachusetts, membuktikan bahwa wanita menjelang masa menaopause yang mengkonsumsi 1500 miligram kalsium per hari tidak mengalami hal tersebut.
Wanita pada usia menjelang menaopause perlu mengkonsumsi makanan dengan kandungan kalsium tinggi dan lemak rendah, untuk mencegah rapuh tulang (osteoporosis).

Sakit Tenggorokan. Madu ternyata dan terbukti dapat mengurangi rasa sakit pada tenggorokan dan gejala-gejala flu. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi masih dalam penelitian R. Mostow, MD dari Rose Medical Center dan profesor dari Universitas Colorado.

Tekanan Darah. Dengan tekanan darah 138/94 pada wanita usia 34 tahun, kebiasaan makan perlu diubah, Menurut G.Langford, MD dari Unviersitas Mississipi, bahwa dengan bertambahnya umur, tekanan darah mungkin akan semakin naik, sehingga semakin besar kemungkinan terkena serangan jantung atau stroke.
Karena kegemukan erat hubungannya dengan tekanan darah tinggi, maka berat badan normal harus dipertahankan. Artinya bahwa wanita semenjak menginjak usia 30-an seyogyanya mengatur menu makanan sedemikian rupa dengan mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.
Disarankan agar mengurangi pemasuk garam, dan mengkonsumsi potasium yang dapat mencegah pengaruh buruk sodium. Sumber potasium adalah buah-buahan, khususnya pisang, kentang dan sayur-sayuran.

Asma. Jika asma dirasa akan menyerang, disarankan agar meminum secangkir kopi atau minuman yang mengandung caffein, misalnya teh atau minuman yang mengandung cola. Demikian saran dari Scott Weiss, MD ahli paru-paru dari Harvard Medical School, Cambridge.
Juga disarankan minum satu sendok madu setiap jam. Masih dalam penelitian bagaimana madu bereaksi dalam tenggorokan, tetapi yang jelas madu dapat mengurangi lendir akibat asma. Bagi penderita bronchitis, minuman yang mengandung caffein dan madu sangat bermanfaat.
Dengan memakan makanan tertentu dapat membantu mencegah problem pernapasan. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Weiss, membuktikan bahwa makanan yang mengandung vitamin C tinggi, misalnya jeruk, niacin yang terdapat pada daging ayam dan potasium pada pisang, serta makanan dengan kandungan garam rendah, dapat mencegah bengek atau asma.
Meskipun demikian efek dari faktor-faktor makanan terhadap penyakit pernapasan belum terlalu pasti. Yang terbaik bagi penderita asma adalah berobat secara teratur dan berhenti merokok. Namun biasanya larangan yang terakhir ini, sering dilanggar. Padahal yang bersangkutan sadar benar, bahwa merokok ada sangkut pautnya yang erat dengan pernapasan!

Stress. Ada pendapat bahwa vitamin dapat membantu mengatasi stress. Hal ini dibantah oleh Stephen Barrett, MD dari Universitas Pennsylvania. Tidak ada bukti nyata bahwa vitamin berhubungan dengan keadaan emosi. Daripada beranggapan bahwa vitamin dapat mengatasi stress, lebih baik mencari sumber dari stress itu sendiri dan mencoba mengatasinya.
Rambut. Mengkonsumsi makanan berminyak untuk mengatasi rambut kering sama sekali tidak beralasan. Hal itu ditegaskan oleh John F. Romano, MD, ahli kulit dari New York Hospital-Cornell Medical Center.
Minyak pada kulit dan rambut diproduksi oleh tubuh, mengkonsumsi makanan berminyak belum tentu dapat mempengaruhi kekeringan rambut. Rambut kering biasanya akibat pengaruh penggunaan cat rambut, obat keriting dan blow dry yang terlalu sering. Menghindari adalah jalan terbaik untuk mengatasi kekeringan rambut.

Ibu Menyusui. Menurut Dr. Schwenk, belum tentu makanan yang dimakan ibu-ibu yang menyusui dapat berpengaruh terhadap bayinya. Tidak ada makanan yang perlu dihindari oleh ibu yang menyusui, kecuali caffein dan alkohol yang sering tidak dapat diterima oleh pecernaan bayi.
Meskipun bayi sering buang air besar, tidak berarti bahwa bayi kena diare yang disebabkan makanan ibu. Bayi-bayi yang diberi ASI (Air Susu Ibu) cenderung mengeluarkan kotoran yang lebih cair. Meskipun demikian, jika dirasa ada sesuatu makanan tertentu yang dimakan ibu dan menyebabkan perubahan pada kebiasaan buang air bayi, misalnya menjadi semakin sering buang air, hindarilah makanan tersebut untuk beberapa hari, kemudian dicoba lagi, untuk memastikan.

Gigi. Bila timbul bintik-bintik putih pada gigi, seyogyanya kita harus segera ke dokter. Menurut Robert Ibsen, DDS dari California, banyak hal yang menyebabkan timbul bintik putih pada gigi.
Salah satu penyebabnya, kekurangan kalsium selama masa pembentukan gigi atau benturan pada gigi di masa kanak-kanak bisa menimbulkan bintik putih pada gigi setelah dewasa. Dapat juga disebabkan karena terlalu banyak memakan makanan yang mengandung gula.
Pada usia tua, sering terjadi bintik putih pada gigi. Penyebabnya karena enamel gigi semakin menipis seiring dengan bertambahnya umur. Bagi yang sering bernapas dengan mulut, mungkin karena kesulitan bernapas dengan hidung, banyak ditemui kasus bintik putih pada gigi, karena gigi mengalami kekeringan.

Kram. Banyak wanita yang sering menderita kram pada betis atau paha. Menurut Thomas C.Namey, MD, profesor dari University Tenessee Medical Center, defisiensi potasium dan magnesium mungkin salah satu penyebabnya.
Kedua mineral tersebut berperan penting bagi kontraksi otot. Kekurangan salah satu dari potasium atau magnesium dapat menimbulkan kram, khususnya pada betis dan paha. Menambah pemasukan makanan yang mengandung potasium dan magnesium tinggi akan banyak membantu.
Makanan yang mengandung banyak kedua mineral tersebut, adalah kacang-kacangan, misalnya kacang-kedele, kentang, gandum dan bayam. Namun kram pada betis atau paha, bisa juga disebabkan karena tekanan pada otot, misalnya karena olahraga yang terlalu berat atau pemakaian sepatu dengan hak tinggi. (Pertiwi).

Agar terhindar dari sindrom premenstruasi

Kurangi minum air jelang menstruasi
Harian SURYA, 30 Nopember 1992

MENJELANG menstruasi, sering wanita mengeluh mudah muak, tertekan, pusing, perut kembung, mudah tersinggung dan berbagai keluhan lainnya. Ada juga yang marah-marah tanpa penyebab yang jelas. Jika Anda termasuk demikian tak perlu gusar. Di dunia ini jutaan wanita mengalami gangguan yang disebut sebagai sindrom premenstruasi (SPM). Umumnya gangguan-gangguan itu akan hilang dalam dua hari, namun pada beberapa orang baru hilang dua minggu kemudian.
Gejala fisik yang timbul antara satu wanita dengan wanita lainnya belum tentu sama. Yang acap kali terjadi adalah :
^ Pembengkakan payudara dengan sedikit nyeri.
^ Ada juga yang seluruh bagian tubuhnya membengkak. Pembengkakan tubuh dan menggembungnya perut ini berkaitan dengan penimbunan air. Itu sebabnya, sebaiknya beberapa hari sebelum menstruasi jangan terlalu banyak minum. Di samping itu batasi masukan garam, karena garam membantu menimbun air, dengan cara menahan air untuk tidak keluar melalui ginjal.
^ Timbul bercak pada kulit atau bintik-bintik, infeksi pada vagina.
^ Penderita ayan, asma, nyeri sebelah kepala, dan infeksi pada selaput mata, kondisinya kian menurun.
^ Bagi pemakai lensa kontak pada lensanya seolah terasa tidak nyaman dipakai, dan mata terasa terganggu.
SPM terjadi akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron. Pengobatan hormonal yang ditujukan untuk menyetimbangkan hormon, tanpa memperhatikan dosis yang tepat juga menyebabkan munculnya gejala-gejala semacam itu. Karenanya, bagi yang tidak cocok dengan pengobatan hormonal, ada alternatif lain, yaitu dengan diet. Namun diingatkan para ahli, diet yang buruk menyebabkan kerja hormon terganggu, akibatnya wanita menjadi lebih peka.
Yang menjadi pertanyaan, wanita yang sehat dengan kadar hormon seimbang pun ternyata menderita SPM. Menurut para ahli, SPM ini meningkat seiring dengan meningkatnya jenis-jenis makanan sehat. Itu sebabnya beberapa ahli menganjurkan diet terhadap makanan tersebut, di samping olahraga, masase.

Diet
Diet terutama bagi yang kehilangan nafsu makan, sebaiknya makan lima kali atau enam porsi kecil setiap hari dengan menu seimbang. Takaran itu sebagai pengganti porsi makan tiga kali sehari.
Makanan seimbang yang dimaksud tidak lain makanan dengan komposisi :
^ Vitamin B6 dan magnesium -- mengatasi perasaan tegang, marah- marah, mudah tersinggung, dan cemas. Vitamin B6 dijumpai pada kuning telur, hazelnut (sejenis kemiri), hati, ginjal, ikan cod (penghasil minyak ikan), ikan Salem, sarden, susu, cereal, roti murni, ragi, beras. Sedang magnesium (Mg) banyak terdapat pada sayur-sayuran seperti brokoli, kol, wortel, buncis, bawang putih, jamur, kentang berkulit, tomat, kacang mede, susu, apel, buah prem, anggur, jeruk.
^ Vitamin E, B6 dan magnesium -- untuk mengatasi pertambahan berat badan, pembengkakan dan nyeri payudara, serta perut kembung. Vitamin E terdapat pada bunga matahari atau minyaknya, tomat, pisang, bayam, wortel, kacang panggang, telur, beras merah, kol.
^ Makanan kaya kromium, vitamin E, C dan magnesium -- untuk melawan nyeri kepala, makanan manis-manis, bertambahnya selera makan, jantung berdebar, letih, perasaan melayang. Vitamin C dijumpai pada kentang, kol, bayam, lemon, tomat, melon, jambu batu, jeruk. Kromium terdapat pada ayam, kol, wortel, kacang hijau, selada, kentang, jamur merang, bayam, apel, pisang, jeruk.
^ Pastikan diet Anda banyak mengandung vitamin E, vitamin B6, magnesium --untuk mengurangi perasaan tertekan, mudah lupa, mudah terharu (menangis), bingung, serta tidak bisa tidur.

Masase
Untuk menanggulangi nyeri otot, leher, dan pundak yang tegang, Anda bisa melakukan masase sendiri. Tindakan ini akan menghilangkan keluhan SPM.
Caranya, duduk di kursi atau meja, kemudian rendahkan pundak perlahan istirahatkan siku pada meja. Putar kepala dan perlahan gosokkan jari-jari sepanjang leher dengan arah naik turun, sambil menekan ke leher. Pertama-tama urutlah tulang belakang leher. Gerakkan tangan ke samping, selanjutnya urut naik turun sepanjang otot leher. Rentangkan jari-jari dan tekankan ke bawah rambut--usap dari bawah ke atas dahi dan kening samping. Letakkan tangan kanan di pundak kiri dan lakukan masase pelan-pelan berulangkali pada otot-otot pundak.
Berenang, merupakan gerak badan yang dapat mengurangi ketegangan otot rahim dan ketegangan pundak dan anggota tubuh bagian bawah. Cara lain, dengan berbaring di lantai atau meja rendah, perut diganjal bantal. Kemudian lakukan gerakan seperti berenang.
Sebenarnya,latihan otot punggung yang baik adalah dengan cara telentang, kaki lurus, tangan di samping pinggang. Tekankan punggung ke arah lantai, ikuti dengan relaksasi. Ulangi sampai sepuluh kali. (rma/WK)

Infeksi pada Usia Lanjut

Yang Ringan pun Bisa Berakibat Fatal
KOMPAS, MINGGU, 29 MARET 1992

KEWASPADAAN akan meningkatnya populasi usia lanjut, rupanya bukan saja belum terasa di kalangan masyarakat awam, bahkan di kalangan media pun, hal tersebut belum banyak disadari. Salah satu contoh adalah pada saat penyelenggaraan Simposium Infeksi oleh IDI cabang Semarang. Tampaknya semua bidang sudah diminta berbicara mengenai berbagai aspek infeksi pada masing-masing disiplin, kecuali pada usia lanjut. Untunglah dengan imbauan dari Ketua IDI Jawa Tengah, penyelenggara kemudian menambahkan satu topik lagi, yaitu tentang berbagai aspek penyakit infeksi pada usia lanjut.
Seperti kita ketahui bersama, pada usia lanjut akan terjadi penurunan secara fisiologi berbagai organ baik dari segi fungsi maupun anatominya. Hal ini menyebabkan, pada orang tua perjalanan berbagai penyakit seringkali tidak sama dengan apa yang terjadi pada usia dewasa muda.
Penyakit-penyakit pada mereka yang berusia lanjut biasanya multipel (banyak penyakit pada satu orang), gejala tidak khas, dan penyakit-penyakit tersebut saling berkaitan satu sama lain. Laporan Hadi Martono di Kongres Gerontologi Asia-Pasifik di Yokohama tahun 1991 yang lalu menyatakan, bahwa dari penderita di atas usia 80 tahun yang diamati di dua rumah sakit besar di Jawa Tengah, hanya sekitar 10 persen yang menderita hanya satu macam penyakit, sebagian terbesar menderita lebih dari tiga macam penyakit bersama-sama.
Penyakit-penyakit yang diderita usia lanjut tersebut seringkali tidak dikeluhkan oleh penderita, dan baru diketahui sewaktu pemeriksaan menyeluruh oleh dokter atau rumah sakit. Berbeda dengan penyakit-penyakit pada usia dewasa lain, pada usia lanjut terdapat kecenderungan timbulnya penyakit-penyakit yang bersifat kronis, degeneratif, dan menimbulkan kecacatan.
Sebagai akibat penurunan dan perubahan fungsi imunologis dan sistem tubuh yang lain, golongan usia lanjut juga lebih rentan terhadap berbagai jenis infeksi, baik akut maupun kronis. Budi Darmojo dan kawan-kawan yang mengadakan penelitian terhadap penderita usia lanjut di Rumah Sakit dr Kariadi dan Rumah Sakit Elisabeth selama beberapa tahun mendapatkan bahwa walaupun kekerapan penyakit degeneratif (penyakit jantung, hipertensi, diabetes, kanker, stroke, dan lain-lain) tampak meningkat, penyakit infeksi masih menduduki tempat kedua, bahkan pada tahun 1988 kembali ke peringkat pertama sebagai penyakit utama para penderita lanjut usia (di atas 60 tahun).

Urutan penyakit
Dalam skema ditunjukkan bahwa karena infeksi virus ringan di saluran napas dan seperti diketahui pada usia lanjut terhadap penurunan fungsi imun, maka timbul komplikasi infeksi (biasanya bakterial) di paru atau rongga dada. Infeksi ini dapat berlanjut menyebabkan penurunan kesadaran, yang kemudian bisa berakibat imobilitas dan/atau jatuh.
Penurunan kesadaran atau imobilitas di lain pihak akan berakibat buang air besar/kecil di tempat tidur yang selanjutnya menyebabkan iritasi dan infeksi kulit sehingga terjadi luka (dekubitus = pressure sores). Dekubitus juga dapat diakibatkan karena penderita dengan kesadaran menurun, berbaring lama di tempat tidur. Dekubitus yang tak mendapatkan pengobatan dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi yang berakibat kematian.
Jalur komplikasi lain diperlihatkan dalam skema, menunjukkan bahwa infeksi ringan dapat menyebabkan gangguan jantung (iskemik atau gangguan kondisi jantung) yang selama ini tersembunyi, menjadi' tampak dalam bentuk terjadinya gangguan irama (fibrilasi atrium) dan akhirnya gagal jantung. Gagal jantung akan menyebabkan penurunan kesadaran, jatuh/imobilitas, atau bahkan kematian.
Jatuh/imobilitas tadi akan mungkin berakibat terjadinya patah tulang paha atau sumbatan di pembuluh darah paru atau otak oleh pembekuan darah lemak yang mengakibatkan kematian.
Akibat berat lain adalah terjadinya kecacatan permanen yang disebabkan oleh kekakuan tulang dan sendi (kontraktur) atau dekubitus yang luas.
Dari pembicaraan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa semua golongan masyarakat harus bersiap dan waspada akan terjadinya peningkatan golongan usia lanjut di Indonesia.
Penyakit pada golongan usia lanjut tidak sama, baik perjalanan penyakit, gejala maupun penanganannya dengan golongan usia dewasa yang lain, oleh karenanya perlu mulai dipikirkan pendidikan spesialisasi geriatri (kesehatan usia lanjut) di Indonesia. ***
* Hadi-Marlono, staf subbagian Geriatri, UPF/Lab. Ilmu Penyakit Dalam, FK Undip — RS dr Kariadi.

Analisis situasi kesehatan wanita

Oleh:
Dra Pinky S. Wisjnubroto
Dept. Antropologi Unair, Surabaya
Harian SURYA, 12 Nopember 1992

Akhir-akhir ini kesehatan wanita banyak dibicarakan, baik dalam forum-forum seminar maupun media. Terutama dikaitkan dengan UU Kesehatan. Nampak perhatian masyarakat hanya pada bagian kecil dari permasalahan kesehatan wanita, antara lain Abortus. Ini dimaklumi mengingat kata tersebut masih menjadi pembicaraan kontroversial di Indonesia. Apakah ini indikasi meningkatnya tingkat kepedulian masyarakat pada masalah kesehatan wanita? Ini masih merupakan harapan daripada kenyataan.
Mengapa kesehatan wanita penting diperhatikan? Paling tidak ada 3 faktor, yakni (1) menghadapi masalah kesehatan yang tidak dihadapi pria, menyangkut fungsi biologis, reproduktifnya (haid, melahirkan, menopause), (2) langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung dan dilahirkan, (3) penting untuk wanita itu sendiri.
Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Berbagai program kesehatan untuk wanita yang dikaitkan dengan fungsi biologis-reproduktifnya, ternyata tidak banyak melibatkan peranan pria. Kesehatan ibu-anak merupakan tanggung jawab kita, bukan hanya para wanita. Sebagai contoh untuk program keluarga berencana, wanita masih merupakan sasaran utama.
Kesehatan, gizi dan keluarga berencana dimasukkan ke dalam indikator sosial wanita karena dinilai penting untuk melihat kondisi dalam keterbandingan dengan pria (Indikator sosial wanita Indonesia, 1991). Kesehatan wanita sangat komplek dan tidak saja mempunyai dampak terhadap pribadinya saja, tetapi berkaitan dengan anak yang dikandung dan dilahirkan.
Walaupun terjadi penurunan, angka kematian bayi di Indonesia masih menunjukkan angka yang tinggi dibanding negara Asean sekalipun. Angka kematian bayi merupakan indikator out-put kesehatan yang sensitif. Ini mencerminkan derajat kesehatan masyarakat, keadaan lingkungan dan tingkat pelayanan kesehatan.
Berbagai indikator di atas menunjukkan keberhasilan program kesehatan nasional berhubungan dengan kesehatan ibu-anak. Tetapi, terlihat program tersebut mengandaikan semua wanita adalah ibu dan anak. Bagaimana kesehatan wanita yang tidak menikah? Bagaimana kesehatan wanita yang memilih tidak mempunyai anak? Apakah pelayanan kesehatan menjangkau juga permasalahan kesehatan yang mereka hadapi?
Lokakarya nasional Analisa Situasi Wanita, Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Program Peningkatan Peranan Wanita pada 1991 mengidentifikasi 4 butir permasalahan: (1) angka kematian ibu hamil dan bersalin, bayi dan anak tinggi, terkait dengan status kesehatan dan gizi, pendidikan dan pendapatan wanita, kehamilan dan persalinan yang sering dan rapat, beban kerja wanita yang berat, terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan, kawin muda, dll, (2) status kesehatan dan gizi wanita, bayi dan anak Yang rendah, (3) akses wanita golongan miskin terhadap pelayan an kesehatan terbatas, (4) alat kontrasepsi lebih banyak diarahkan bagi wanita, menyebabkan tanggung jawab wanita dalam ber-KB sangat berat dan berpengaruh negatif terhadap kesehatannya.
Rekomendasi kebijakan yang dirumuskan lokakarya tersebut antara lain: (1) lebih meningkatkan keterpaduan berbagai program di berbagai sektor hingga dapat intensif menanggulangi sebab-sebab langsung dan tidak, kematian ibu dan anak, (2) program peningkatan status kesehatan ibu dan anak agar memperhatikan wanita sebagai pemelihara kesehatan keluarga, juga sebagai penerima/penikmat pelayanan kesehatan, (3) meningkatkan kesadaran dan partisipasi pria dalam program KB dan meningkatkan pelayanan kesehatan wanita sebagai akseptor KB, (4) meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan, KB, air bersih, dan sanitasi dan meningkatkan aksessibilitas wanita terhadap pelayanan dan informasi kesehatan, (5) peningkatan partisipasi wanita dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan kebijakan di bidang KB dan kesehatan, (6) meningkatkan pengetahuan ibu dan anggota keluarga lain dalam membina tumbuh kembang anak balita secara menyeluruh.
Masih ditemukan perlakuan berbeda antara anak wanita dan pria, terutama berkaitan dengan konsumsi makanan. Biasanya anak wanita mendapat jatah lebih sedikit. Pria dianggap membutuhkan makanan lebih banyak bagi pertumbuhan ototnya. Pria harus tumbuh kuat, karena kelak akan menjadi tulang punggung keluarga.
Konsep pria sebagai pencari nafkah utama adalah hasil pemikiran ideologi paternalistik, masih kuat tertanam pada sebagian besar masyarakat. Akibat pola pikir semacam itu, terdapat diskriminasi terhadap wanita. Pemberian makan yang berbeda antara anak pria dan wanita merupakan contoh diskriminasi tanpa disadari. Anak laki-laki didorong makan banyak sesuai dengan nilai yang ada, laki-laki tumbuh dengan fisik yang kuat. Anak perempuan dicemooh bila makan dalam porsi besar.
Ini juga berkaitan dengan konsep sehat dalam masyarakat, yang berasumsi pria dan wanita berbeda. Konsep sehat bagi wanita seringkali dikaitkan dengan kecantikan. Setiap masyarakat mengembangkan konsep kecantikan maupun kesehatan wanita yang berbeda-beda. Pada beberapa masyarakat kecantikan diindentikkan dengan kelangsingan tubuh. Berbagai upaya untuk menjaga kelangsingan tubuh dilakukan para wanita, kenyataannya justru mengabaikan prinsip kesehatan demi tercapainya bentuk tubuh yang ideal.
Perilaku kesehatan wanita pedesaan menunjukkan kondisi yang berbeda akibat kemiskinan yang ada. Beberapa penelitian menunjukkan, wanita pedesaan lebih banyak yang bekerja karena faktor kemiskinan. Tenaga kerja wanita pedesaan merupakan daya potensial dan pemberi sumbangan ekonomi yang besar terhadap ekonomi rumah tangga. Semakin menyempitnya lahan pertanian menyebabkan peran wanita semakin besar dalam ekonomi rumah tangga, karena kegiatan yang mereka lakukan sejak dulu tidak hanya terikat pada pertanian. Umumnya mereka mengerjakan usaha kerajinan, membuka warung, berdagang, hasilnya dapat mencukupi kebutuhan keluarga.
Data menunjukkan, wanita mempunyai peran besar dalam perekonomian rumah tangga, tetapi keadaan ini justru menunjukkan beratnya beban kerja wanita. Tenaga kerja wanita harus bekerja lebih berat daripada pria karena ia tetap harus mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Beratnya beban kerja wanita mempengaruhi kondisi kesehatan mereka. Sebuah kasus dalam masyarakat nelayan menunjukkan, terdapat pembagian kerja yang jelas antara pria dan wanita. Pria menangkap ikan dan wanita mengolah serta memasarkan hasil tangkapan. Karena ikan adalah produk yang mudah rusak dan tidak mudah disimpan tanpa teknik yang canggih untuk pengeringan dan pembekuan, peranan wanita menstabilkan ekonomi pada beberapa masyarakat penangkap ikan. Pria hanya kadang-kadang menangkap ikan, sedang wanita bekerja sepanjang tahun.
Apabila peran wanita dianggap sangat penting dalam membantu perekonomian rumah tangga, seharusnya kondisi kesehatan wanita ditingkatkan. Diharapkan partisipasi angkatan kerja wanita semakin besar. Wanita harus dilihat tidak saja sebagai ibu, sumber daya potensial dalam masyarakat. Tanpa bermaksud mengabaikan peran wanita sebagai ibu, yang menjadi sasaran program kesehatan nasional, sudah saatnya perbedaan jenis kelamin tidak terlalu ditonjolkan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Karena baik pria maupun wanita merupakan sumberdaya potensial yang seharusnya diperlukan sama dalam masyarakat.