Laman

Rabu, 01 Juli 2009

Penyakit Jantung Pada Wanita Hamil

Oleh : Prof. Dr. Ratna Suprapti Samil
Mingguan MIMBAR KARYA, Minggu II Mei 1993

Perubahan-perubahan pada sistem kardiovaskuler akan berlangsung pada kaum ibu yang sedang mengandung. Perubahan-perubahan itu sedikit banyak akan berpengaruh pada janin dalam kandungan, apalagi bila kebetulan sang ibu menderita penyakit jantung.
Jantung seorang ibu hamil akan bekerja lebih berat, karena oksigen yang sangat dibutuhkan janin, hanya dapat disuplai melalui darah sang ibu. Kondisi demikian inilah, yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan sistem kardiovaskuler, meskipun masih dalam batas-batas fisiologik. Pada masa kehamilan, kekerapan detak jantung memang agak meningkat, begitu pula denyut nadi, yang bisa mencapai 88 pulse per menit, terutama dalam usia kehamilan 34 - 36 minggu.
Volume plasma pada masa kehamilan, juga meningkat. Menurut Adams (1954), peningkatan volume plasma bermula pada sekitar akhir trimester, dan mencapai puncaknya pada sekitar minggu ke 32-34, yang kemudian menetap selama trimester terakhir kehamilan. Pada saat itu, volume plasma bertambah sebesar 22% dibandingkan pada saat sebelum mengandung. Peningkatan volume plasma masih berlangsung setelah 12 - 24 jam pasca-persalinan. Setelah proses itu terlewati, volume plasma akan menurun kembali pada nilai volume plasma seperti sebelum hamil. Proses penyesuaian volume plasma ini, berlangsung hingga dua minggu pascapersalinan. Semua ini merupakan perubahan alamiah, yang tidak akan berpengaruh pada jantung normal. Tetapi jantung yang sakit, tentunya bakal kewalahan.

Ibu Hamil Penderita Jantung
Masa kehamilan 32-34 minggu, merupakan saat-saat yang paling berbahaya bagi seorang ibu hamil penderita jantung. Itu karena hipervolemia mencapai puncaknya. Pada saat-saat seperti itu, kerja jantung menjadi sangat berat. Sehingga ada kemungkinan, jantung yang sakit itu tidak mampu lagi menunaikan tugasnya. Ini yang disebut dekompensasi kordis.
Perubahan volume darah yang terjadi pada penderita penyakit jantung, merupakan hasil dari proses adaptasi sebagai upaya kompensasi untuk mengatasi kelainan yang ada. Perubahan yang terjadi sangat dipengaruhi adanya kelainan, dan jangka waktu ter jadinya kelainan.
Penderita dengan gangguan kardiovaskuler mempunyai toleransi yang sangat buruk terhadap penurunan volume darah dan pada saat yang sama, juga tidak beradaptasi terhadap kelebihan volume sirkulasi. Volume darah yang terdapat dalam sirkulasi penderita berada dalam keseimbangan sesuai dengan kelainan yang ada.
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksida dan sianosis, hasil konsepsi dapat menderita pula dan mati, yang kemudian disusul oleh abortus. Apabila konseptus dapat hidup terus, anak dapat lahir prematur atau lahir cukup bulan, akan tetapi dengan berat badan rendah (dismaturitas). Selain itu, janin dapat menderita hipoksia dan gawat janin dalam persalinan, sehingga neonatus lahir mati atau dengan nilai Apgar rendah.
Raharja, Rachimhadhi, Prihartono dan Samil menemukan komplikasi prematuritas dan BBLR pada penderita penyakit jantung dalam kehamilan lebih sering terjadi pada ibu dengan volume plasma pada usia kehamilan 32 minggu dan partus kala I yang lebih rendah. Hampir semua kelainan kardiovaskuler, baik yang bawaan maupun yang diperoleh, baik yang organik maupun yang fungsionil, dapat dijumpai pada wanita hamil, hanya frekuensi masing-masing tidak sama.
Frekuensi penyakit jantung dalam kehamilan kirakira 1-4%, yang tersering adalah penyakit jantung akibat demam rematik. Saryadi dan Samil (1983) di RSCM mendapatkan 31 dari 39 (79,48%) kasus penyakit jantung dalam kehamilan adalah dengan kelainan katup kronik, di mana 96,77% dengan kelainan katup mitral, dan 87,09% dengan kelainan dasar stenosis katup mitral.
Sebagian besar kasus berada dalam kelompok kurun reproduksi sehat, yaitu 20-29 tahun dengan paritas 0-1. Di sini tampak bahwa peran keluarga berencana cukup besar untuk dapat menurunkan kejadian penyakit jantung dalam kehamilan. Dalam tahun-tahun terakhir sering pula dijumpai kelainan jantung bawaan.
Dari anamnesis sering sudah diketahui, bahwa wanita itu penderita penyakit jantung, baik sejak masa sebelum ia hamil maupun dalam kehamilan-kehamilan yang terdahulu. Terutama penyakit demam rematik mendapat perhatian khusus dalam anamnesis, walaupun bekas penderita demam rematik tidak selalu menderita kelainan jantung.
Penyakit jantung yang berat tidak sulit untuk dikenal. Akan tetapi, karena penyakit jantung dalam keadaan kehamilan lebih sulit, maka jika ada kemungkinan adanya penyakit tersebut harus diminta pendapat seorang dokter yang lebih ahli.
Pengobatan dan penatalaksanaan penyakit jantung dalam kehamilan tergantung pada derajat fungsionalnya, dan ini harus ditentukan pada setiap kunjungan periksa hamil.
Sebaiknya, penderita penyakit jantung dirawat di rumah sakit sekurang-kurangnya 14 hari setelah melahirkan dengan istirahat dan mobilisasi tahap demi tahap serta menghindari infeksi. Sebelum pulang, sudah harus ditentukan prognosis untuk kehamilan yang akan datang.

Penyakit jantung rematik
Sebagian besar penyakit jantung pada kehamilan disebabkan oleh demam rematik. Diagnosis demam rematik pada kehamilan sering sulit, bila berpatokan pada kriteria Jones sebagai dasar untuk diagnosis demam rematik aktif pada kehamilan, maka jarang sekali didapat demam rematik aktif.
Manifestasi yang terbanyak dijumpai adalah poliartritis migran serta karditis. Perubahan kehamilan yang menyulitkan diagnosis demam rematik adalah: nyeri sendi pada wanita hamil mungkin oleh karena sikap tubuh yang memikul beban lebih besar sehubungan dengan kehamilannya serta meningkatnya laju endap darah dan jumlah lekosit.
Disamping itu poliartritis yang didahului oleh infeksi/tokokus sampai gejala karditis dialiggap sebagat artritis post/tokokus. Poliartritis ini tidak dianggap sebagai manifestasi dari demam rematik. Bila terjadi demam rematik pada kehamilan, maka prognosisnya akan buruk.

Kelainan Katup jantung
Kelainan katup jantung yang sering dijumpai pada kehamilan berturut-turut adalah mitral stenosis (MS), gabungan MS dengan mitral insufisiensi (MS-MI), mitral insufisiensi (MI), aorta stenosis (AS), aorta insufisiensi (AI), gabungan antara AS dan AI (AS-AI), penyakit katup pulmonal dan penyakit katup trikuspidal. Angka kejadian katup jantung di RSCM (1983) berkisar 69 % sampai 79 % dari penyakit jantung dalam kehamilan. Peneliti di luar negeri mendapatkan angka antara 85 %- 95 %; perbedaan ini kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan tingkat sarana diagnostik. Mengingat Indonesia merupakan negara sedang berkembang dengan tingkat sosioekonomi yang belum maju.
(Sartika).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar