Laman

Kamis, 17 Juni 2010

ARTRITIS, RASA NYERI YANG BELUM ADA OBATNYA

MIMBAR KARYA, Minggu III Maret 1992

ARTRITIS, penyakit dengan rasa nyeri pada sendi tulang yang sering menyerang orang dewasa dan sangat ditakuti. Di samping penyakit ini mampu membuat cacat pasien, para dokier ahli masih kebingungan mencarikan obat penangkalnya. Riset terus dilakukan namun korban terus berjatuhan.
SETIDAKNYA 37 juta orang Amerika yang menderita artritis salah seorang di antaranya, Holly Wallace yang pertama kali merasakan nyeri pada tubuhnya tahun 1974, saat ia mengadakan tur olahraga sekolahnya ke London.
Holly Wallace, saat itu baru berusia 20 tahun dan seorang atlet wanita yang tomboi. Nyeri yang dirasakannya, menyerang bagian kaki, terus menerus. Setelah kembali ke Amerika, ia dinyatakan terserang artritis.
Tentu saja Holly sangat ketakutan, karena ia mengetahui, seorang penderita artritis harus mengerahkan seluruh tenaganya hanya sekedar untuk mengambil sebuah pinsil di atas meja. Holly juga mengetahui, artritis penyakit tulang yang menimbulkan peradangan hebat pada sendi dan selain mengakibatkan penderita mengalami cacat fisik.
Hanya dalam kurun waktu beberapa minggu, Holly yang masih belia itu berubah mengerikan, seperti layaknya wanita yang berusia 85 tahun dan dalam keadaan cacat. Sejak saat itu, Holly selalu dekat dengan dokter dan entah sudah berapa kali ke tes laboratorium dilakukannva, berapa banyak obat yang diminurnnya termasuk steroids, gold salts, penicillamine, bahkan sebelunirlya ia pernah minum 40 tablet aspirin setiap hari. Tapi, penyakit yang dideritanya masih juga belum membaik. Peradangan pada sendi menimbulkan goresan bekas luka di ujung tulang, secara perlahan-lahan menyebabkan menyatunya kedua tulang pada pergelangan tangan dan kaki sebelah kanan. Rasa sakit dan nyeri pada sendi tulang juga berakibat menurunnya kemampuan fisik Holly.
Dulu, ia dapat mendaki gunung, berperahu kayak, berlari, atau meloncat. Kini, Holly tidak mampu berbuat apa-apa dan harus menjalani cara hidup barunya. Dengan sisa-sisa tenaganya yang sudah sangat terbatas itu, Holly masih memiliki "otak dan hati" untuk berbuat sesuatu yang positif.
Sekalipun akibat yang ditimbulkan cukup mengerikan, artritis tetap saja dianaktirikan. Dari sisi korbannya, tampak jelas sekitar 16 juta penderita harus berjuang ekstra keras mengerahkan segenap tenaga hanya uniuk berjalan masuk ke dalam kamar, memutar tombol pintu, atau membuat teh dan kopi.
Banyak penderita artritis yang terpaksa bercerai dengan pasangannya, mengalami depresi, sering marah, cemas, kehilangan harga diri, tidak mampu menikmati kehidupan, sebagai akibat sampingan dari obat yang digunakan. Biasanva mereka harus berkonsultasi dengan ahli reumatik, ahli saraf, ahli bedah tulang, ahli penyakit kaki, ahli bedah, sampai ke ahli pengobatan tulang punggung dan hanya akan mendengarkan jawaban yang sangat menyakitkan hati. Pasien merasa sedih, demikian pula para dokter ahli cukup prihatin. Mereka sama sekali tidak berdaya.

Terapi Fisik
Dewasa ini, perkembangan ilmu pengobatan cukup menggembirakan. Di samping menggunakan obat, para ahli mengajari penderita artritis melakukan sesuatu yang positif, dengan menggunakan sisa-sisa tenaganya. Khusus untuk penyakit encok, ilmu pengobatan sudah mengetahui, mengkonsumsi makanan yang terlalu enak dan minum anggur terlalu banyak akan membuat kambuh.
Dengan makanan dan minuman yang berlebihan, dapat menyebabkan cairan synovial kelebihan uric acid di sekitar tulang rawan. Di samping menggunakan obat, pasien seperti ini dapat ditolong dengan melakukan pembedahan pada sambungan sendinya.
Pengobatan arsenal juga sedang dikembangkan. Biro pengawasan obat Anierika Serikat menyetujui penggunaan methotrexate dan obat anti kanker untuk mengobali pasien artritis. Bahkan, ada obat lain yang sangat terkenal dan mengurangi penderitaan pasien artritis, vaitu Cytotec, semacam obat sakit perut karena penggunaan aspirin dan obet "nonsteroidal anti peradangan" (NSAID) lainnya.
Setelah Cytotec dijual bebas hampir 9 juta penderita artritis mengkonsumsi obat NSAID itu dalam dosis tinggi setiap harinya. Sekitar 10.000 penderita meninggal setiap tahun dikarenakan komplikasi gastrointestinal dan sebagian besar lainnva mengalami "silent ulcers" yang tidak menunjukkan gejala apapun hingga si penderita terancam jiwanya.

Nyeri Tulang
Perkembangan terapi dalam ilmu genetik, imunologi, dan hormon untuk mengungkapkan penyebab artritis yang diduga berasal dari molekul, mulai menunjukkan titik cerah. Para ilmuwan menduga, artritis adalah kondisi kekacauan dalam sistem kekebalan tubuh, sehingga perangkat dengan retan tubuh bertindak sebaliknya menyerang tulang dan tulang rawan. Para ilmuwan juga berkeyakinan, faktor genetik ikut menentukan proses seperti itu.
Penemuan terakhir sekitar penyakit cyme yang mirip dengan artritis, ternyata ada gejala-gejala yang disebabkan penyebaran bakteri atau ditularkan oleh kutu anjing. Pembengkakan atau infeksi akan menyebabkan timbulnya artritis. Beberapa dekade lalu, para ahli mengesampingkan proses ini karena waktu itu mereka belum memperoleh bukti, infeksi yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kondisi sendi tulang penderita.
Kini para ahli riset berkeyakinan, bakteri dan virus dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada sistem kekebalan tubuhh yang kemudian dapat menimbulkan artritis. Dengan menggunakan teknis tes genetik khusus, para ilmuwan menemukan bukti adanya penularan penyakit chlamydia pada cairan synovial yang ditularkan melalui hubungan seks.
Yang masih belum jelas adalah, bagaimana infeksi terbentuk sehingga menimbulkan akibat dalam tubuh. Satu-satunva keterangan yang paling memungkinkan, bakteri dan virus memproduksi protein yang sangat mirip dengan protein pada jaringan sendi tulang. Akibatnya protein palsu itu mampu mempedayai sistem pertahanan kekebalan tubuh dan langsung menyerang jaringan sendi tulang, sekaligus mengacaukan organisme tubuh.
Molekul seperti itu sangat menyulitkan sistem kekebalan tubuh, untuk menentukan apakah yang datang itu musuh atau bukan. Para ahli juga berkesimpulan, jenis virus Epstein Bar dan Rubella yang menimbulkan rasa nyeri dan sakit pada sendi tulang. Virus sejenis, juga diduga menyebabkan timbuInya penyakit AIDS yang sangat ditakuti.
Para ahli riset pada Universitas California di San Fransisco berkeyakinan, sistem saraf juga sangat berperan penting bagi timbunnya artritis. Kesimpulan ini berdasarkan pengamatan yang sudah berjalan lama sekali, terhadap para korban yang terserang artritis. Dalam pengamatan itu ternyata terbukti, para penderita tidak menunjukkan adanya gejala sakit pada bagian tubuh di sekitar artritis.
Diduga, sistem saraf memodulasi respons pada tinggi dan rendahnya kadar respons itu sendiri. Dalam pengamatan ini, para ahli mengadakan percobaan dengan menyuntik tikus penderita artritis dengan capsaicin, sejenis bahan aktif pada cabe atau merica yang manfaatnya untuk memblokir jaringan penyebaran sakit, sehingga cara ini mampu mengurangi proses peradangan pada sendi tulang.
Kemudian dicarikan cara lain dalam memblokir neuropeptides yang menimbulkan rasa sakit dan peradangan pada sendi tulang. Apabila percobaan ini berhasil, maka tim riset tersebut akan mampu mengembangkan jenis obat yang dapat memberantas artritis.

Sendi buatan
Barangkali artritis tulang yang memiliki perbedaan total dalam mekanisme. Apabila reumatik biasa penyakit peradangan yang menyebabkan kerusakan pada sendi tulang, maka artritis tulang kerusakannya pada tulang dan tulang rawan yang kemudian meradang. Cara tradisional untuk mengatasi niasalah ini, dengan memasang sendi buatan. Tapi, sistem konvensional ini harus berubah, karena pada saat sendi buatan itu digunakan, maka ia akan mengeluarkan enzim yang akan mencerna tulang rawan. Pada saat yang bersamaan, jaringan sel pada tulang rawan itu juga sedang sibuk memperbaiki apa yang telah hilang.
Sekarang para ahli sedang berpikir, kemungkinan artritis dapat berkembang apabila perbaikan yang dilakukan jaringan sel tadi mengalami hambatan, atau karena enzim yang dikeluarkan terlalu banyak, atau dikarenakan proses perbaikannya terlalu lambat, atau bisa juga disebabkan oleh keduanya.
Meskipun demikian, penemuan tersebut sudah inerupakan titik terang bagi dunia pengobatan. Karena, jika enzim itu bisa diblokir atau merangsang tulang rawan, maka kalangan kedokteran sudah mampu menyerang penyakitnya.
Para ahli masih mencurigai adanya stres mental yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada sendi tulang. Contoh, timbulnya artritis pada pinggang sebagai akibat dari ketidakberesan mental. Sebuah kecelakaan atau luka lama juga memungkinkan timbulnya artritis di kemudian hari. Para tukang pecah batu, pekerja tambang batu bara, dan para atlet profesional memiliki risiko tinggi untuk terserang artritis. Tapi apabila kegiatan yang mereka lakukan dilakukan secara teratur selama lebih dari 10 tahun, maka semakin tipis kemungkinan terserang artritis.
Artritis tulang pada tangan, erat sekali kaitannya dengan faktor keturunan atau genetik. Ketidakberesan pada sendi tulang diwarisi di masa silam, juga merupakan salah satu faktor timbulnya artritis. Meskipun demikian, para ahli berpendapat, perubahan keseimbangan pada hormon dapat mengakibatkan timbulnva artritis.
Sekalipun kaitan antara estrogen dengan artritis tulang masih belum jelas, kenyataannya jumlah penderita artritis wanita lebih banyak bila dibandingkan pria, terutama setelah mereka mengalami menopause. Orang gemuk juga lebih banyak terserang artritis daripada yang kurus, terutama yang sering diserang sendi lutut. Para ahli masih belum dapat mengatakan, apakah ini disebabkan kelebihan beban pada sendi lutut, atau disebabkan ketidakberesan pada sistem metabolisnya.
Apakah seseorang akan terserang artritis apabila kedua orang tuanya juga terserang? Para i1muwan masih belum mampu menjawab secara pasti, hingga mereka menemukan cara memblokir enzim atau merangsang tulang rawan yang sebenarnya hanya mernperlambat proses perkembangan artritis yang begitu cepat.
Para dokter biasanya memberikan resep aspirin, untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan. Kemudian memberikan latihan gerakan khusus agar otot menjadi kuat. Tapi, saran ini kelihatannya berlawanan dengan pendapat para ahli yang mengatakan, penderita artritis tidak diperbolehkan membiarkan sendi tulangnya 'membeku' dan juga tidak diperkenankan membuat stres pada sendi tulang yang sudah meradang.
Latihan gerakan di dalam air adalah jawabannya, karena penderita artritis yang paling parah sekalipun, merasa ringan bergerak di dalam air. Sebabnya tekanan udara dalam air membantu menopang berat badan. Tapi sebagian para ahli juga berpendapat langkah yang paling bagus adalah melatih pikiran. Seseorang akan merasakan hidupnya penuh arti, apabila ia sedang bergembira. Sebaliknva, ia akan merasakan hidup ini hampa apabila sedang berputus asa.
Dengan cara pengurutan atau pijat juga mampu meringankan penderitaan. Kalau gagal, dokter ahli akan siap memasang sendi tulang buatan. Dengan cara pembedahan, para ahli mampu berbuat banyak dalam meringankan penderitaan pasien.
Sistem pembedahan dengan memasang sendi tulang buatan, dianggap jauh lebih berhasil bila dibandingkan dengan sistem penggunaan obat yang sering dalam dosis tinggi dan dalam jangka waktu lama sekali. Para ahli mengetahui, penggunaan obat anti reumatik, dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, tapi mereka masih belum mengetahui bagaimana dan mengapa itu dapat terjadi.
Dalam suatu percobaan, terbukti obat itu kurang efektif untuk penyakit TBC, tapi cukup berhasil untuk penderita artritis. Jenis obat yang digunakan itu hvdroxychloroquine, methotrexate dan cyclosporine. Disamping itu sedang diuji coba penggunaan obat kanker, interferon dan interleukin yang kemungkinan mampu mengurangi penderitaan pasien artritis parah.

Kerusakan Pada Mata
Dalam percobaan berikutnya, para ahli mengalami beberapa kegagalan dalam penggunaan hydroxychloroquine dan methotrexate. Di samping mengandung racun, obat tersebut memiliki akibat sampingan dan ternyata hanya sepertiga pasien yang kondisinya membaik setelah minum obat tersebut.
Hydroxychloroquine menyebabkan kerusakan pada mata secara permanen, sedangkan methotrexate dapat menimbulkan masalah pada darah dan liver. Obat yang memodulasi sistem kekebalan tubuh, juga mempengaruhi kemampuan tubuh dalam menolak infeksi. Itulah sebabnya, hingga sekarang masyarakat masih mengharapkan ada obat ampuh anti peradangan pada sendi tulang tapi tidak mengandung racun atau menimbulkan akibat sampingan.
Tahun 1930-an para ahli menemukan cortisone yang dianggap mampu menyembuhkan artritis, tanpa menimbulkan akibat sampingan seperti halnya merapuhnya tulang, menipisnya kulit, dan meningkatnya tekanan darah. Kini, para dokter menggunakan obat tersebut untuk artritis yang sudah mengganas.
Oraflex obat sejenis yang diproduksi tahun 1982 dan terbukti sangat ampuh, ternyata tiga bulan kemudian ditarik kembali dari peredaran karena dilaporkan ada 72 penderita artritis yang meninggal dunia setelah minum obat tersebut. Sebagian besar dari mereka mengalami kerusakan pada jaringan ginjal dan liver.
Para ahli yang mengadakan pengamatan terhadap terapi artritis mengalami kesulitan, karena penyakit ini sangat bervariasi. Akibatnya mereka sulit menentukan apakah perubahan-perubahan yang terjadi pada penyakit itu bersifat alami atau tidak. Kondisi seperti ini sangat mengacaukan hasil dari pengobatan itu sendiri. Sungguh memprihatinkan! (WS/MK)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar