Laman

Kamis, 05 November 2009

Amandel Tak Selalu Harus Dioperasi

Mingguan MIMBAR KARYA, Minggu II Nopember 1990

HAMPIR semua pasien yang dibilang punya amandel langsung resah, karena di benak mereka terbayang tindakan pembedahan. "Apakah harus dioperasi, Dokter? Ungkapan yang lazim muncul, begitu seorang ibu mendengar bahwa anaknya dinyatakan amandel. Sebagian dari mereka mungkin menjalani pengangkatan kelenjar tonsil yang membengkak, walaupun sesungguhnya mungkin belum diperlukan sepagi itu.
Pada prinsipnya kelenjar tonsil yang meradang dan kemudian menjadi bengkak, sedapat mungkin tetap dipertahankan, karena kedua penjaga gerbang rongga mulut kita itu sesungguhnya pasukan pengawal mulut kita. Tanpa dia kita sering dan mudah sekali terserang infeksi tenggorokan maupun kerongkongan. Memang masih ada seperangkat kelenjar-kelanjar yang tugasnya sama, tapi kelenjar tonsil lebih terandalkan.

Tonsilitis kronis
Kelenjar tonsil yang duduk di kedua sisi rongga mulut, sewaktu-waktu bisa terserang kuman. Serangan kuman ganas yang bertubi-tubi dapat menjadikannya kalah perang, dan akhirnya kelenjar yang tak seluruhnya kelihatan dari luar itu, membengkak. Setiap kali infeksi menyerang ulang, kelenjar semakin bertambah besarnya.
Kita mengenal empat tingkat pembesaran kelenjar tonsil, pada tingkat empat itulah dipertimbangkan pengangkatan amandel. Selama masih tingkat satu sampai dengan tiga, dan kelenjar tonsil masih berfungsi, operasi amandel ditunda.
Yang harus dilakukan justru bagaimana agar infeksi kelenjar tonsil tidak muncul berulang-ulang. Caranya dengan memperbaiki kondisi tubuh, memelihara kebersihan rongga mulut, dan langsung mengobati jika mulai terasa tidak enak di tenggorokan, tanda kelenjar tonsil mulai meradang. Membiarkan mulut kurang bersih, dan infeksi berkepanjangan, akan mempercepat pembesaran amandel, sehingga kemungkinan untuk dibuang lebih dini.

Gejala infeksi tonsil
Kalau bangun tidur pagi terasa tak enak di tenggorokan, mungkin rasa nyeri tertusuk atau nyeri sewaktu menelan ludah sekalipun. Ada rasa panas, dan disusul dengan batuk. Keadaan ini biasanya didahului oleh demam ringan sampai berat, dan jika ukuran amandel sudah benar-benar sebesar buah amandel, sehingga nyaris menutupi saluran mulut, pernapasan terganggu, pasien tidurnya mengorok, selain batuk yang dahaknya hijau-kuning.
Jika kita bisa lebih dini mengenali gejalanya, mungkin infeksi tidak sampai terjadi, atau sekurang-kurangnya membatasi tidak kelewat parah, sehingga pengobatan jauh lebih sederhana.
Infeksi yang parah memerlukan obat antibiotika yang harus dihabiskan, pertama agar infeksinya sembuh tuntas, dan kedua agar kuman penyebabnya tidak menjadi kebal akibat antibiotika diminum tidak habis. Kebalnya kuman, atau infeksi yang belum sembuh tuntas akan merugikan pasien sendiri, karena infeksi mudah berulang, dan pilihan antibiotika tidak lagi dari jenis yang sama. Celakanya, jika kuman penyebabnya berubah tabiat, sehingga memerlukan generasi antibiotika yang baru. Kebiasaan berkumur sehabis sikat gigi sebelum tidur malam, bagi penderita amandel, lebih membantu tidak mudahnya terjadi kekambuhan. Mengurangi jenis makanan yang merangsang dan memperlemah keadaan amandel, membantu tidak rentannya amandel terhadap serangan infeksi berikut.

Kapan dibuang
Amandel dibuang kalau mengganggu dan sudah tak berguna lagi. Penilaian ini dilakukan oleh dokter, jika pasien mengeluh hampir setiap bulan demam karena amandel terinfeksi, atau ukuran amandel nyaris menyumbat saluran mulut, sehingga pernapasan terhambat. Atau pasien juga mengeluh pengobatan antibiotika sudah tidak mempan lagi.
Bisa juga dokter melihat keadaan amandelnya sudah compang-camping, sering dibungkus nanah dan tubuhnya sudah kerut-merut, tanda fungsinya sudah minimal, sehingga percuma jika dibiarkan nongkrong di situ. Daripada menyempit-nyempitkan ruangan mulut, dan kerap membuat si empunya rumah terganggu oleh infeksi berulang, dengan amat sedih dan terpaksa amandel disingkirkan.
Amandel derajat empat, atau derajat yang lebih ringan dari itu, namun keadaannya sudah renta, merupakan indikasi untuk dipotong, karena membiarkannya malah akan menambah penderitaan pasien.

Tak mempan
Tidak sedikit pasien yang walaupun sudah waktunya amadelnya dibedah, tapi masih minta pilihan lain sekiranya masih bisa tanpa dioperasi. Namun, pilihan itu memang tidak ada, dan satu-satunya yang bisa dilakukan adalah operasi.
Obat antibiotika hanya menolong meredakan proses infeksi, sementara kelenjar tonsil yang sudah membengkak tak mungkin dikempiskannya. Semakin berulang infeksi yang menyerangnya, semakin bertambah besar ukuran pembengkakannya, yang tak menjadi kempis oleh obat atau dengan sendirinya.

Kehilangan
Dalam rongga mulut dan tenggorokan, kita punya beberapa batalyon pasukan penumpas, setiap serangan bibit penyakit, sehingga kita tidak selalu jatuh sakit infeksi tenggorokan sekalipun berdekatan dengan penderita penyakit itu, atau musim sedang buruk. Namun jika kelenjar tonsil sudah dibuang, berarti kita kehilangan satu batalyon penjaga gerbang mulut kita.
Keadaan ini tentu lebih buruk dibanding yang kelenjar tonsilnya masih utuh. Menjadi tugas perangkat kelenjar lainnya, batalyon terakhir, yang menjaga mulut dan tenggorokan, dan kemungkinan kelenjar adenoid, tetangga tonsil, mengalami nasib yang sama, semakin besar pada usia kanak-kanak, ketika kelenjar tersebut masih besar peranannya.
Tidak semua orang dalam hidupnya mengalami pembesaran kelenjar tonsil, apalagi sampai amandelnya dibuang. Tidak jelas mengapa ada yang rentan tonsilnya terinfeksi dan membengkak, dan mengapa pula ada yang tidak, namun yang pasti, kita tetap masih mungkin mencegahnya sejak anak sekecil mungkin. (Dr.Handrawan Nadesul).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar