Laman

Kamis, 05 November 2009

ASI Memang Terbaik untuk Bayi

Harian PELITA, 27 Januari 1991

MENINGKATNYA partisipasi wanita yang bekerja menyebabkan banyak wanita yang tidak memberikan Air susu Ibu (ASI) kepada anaknya. Kondisi ini — terjadi sejak sekitar satu generasi terakhir — merupakan salah satu penyebab terjadinya pergeseran pola pemberian ASI di seluruh dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang, termasuk di Indonesia.
Memang ada berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan pemberian ASI kepada si bayi. Di antaranya adalah faktor sosial budaya pada ibu, keluarga dan masyarakat - pandangan ibu bahwa ASI-nya encer, frekuensi isapan kurang, ada bengkak dan rasa sakit saat menyusui - serta kemajuan teknologi industri susu formula yang diiringi dengan gerak pemasarannya secara profesional.
Walaupun demikian, dari berbagai basil penelitian menunjukkan, tidak ada makanan untuk bayi yang lebih baik dan sehat selain ASI. ASI mampu memenuhi kebutuhan bayi dalam membangun pertumbuhan tubuh serta otak yang akan menentukan perkembangannya kelak.

Mengapa ASI?
ASI memiliki komposisi perbandingan kandungan protein, karbohidrat, lemak, zat gula, vitamin, sodium, mineral serta zat besi yang sangat proporsional untuk bayi yang ideal. Disamping itu ASI juga mengandung zat penangkal penyakit, seperti lysozyme, imunoglobin yang tidak dapat ditemukan pada produk susu formula merek apa pun.
Dari sebuah seminar tentang ASI yang diselenggarakan di Jakarta belum lama ini terungkap, agar ibu dan anak mencapai kesehatan yang optimal, semua wanita harus mampu melaksanakan exclusive breastfeeding-tidak ada minuman atau makanan lain diberikan kepada bayi selain ASI dan bayi harus diberi ASI sesuai keinginan dan sejak lahir sampai umur 4-6 bulan. Sesudah umur tersebut, anak-anak selain diberikan ASI juga diberikan makanan tambahan yang tepat dan mencukupi sampai umur2 (dua) tahun atau lebih.

Manfaat ASI
Mengapa ASI sangat dianjurkan untuk bayi? Hal ini karena banyak faktor yang menyebabkannya. Dari penelitian telah terbukti bahwa ASI banyak mengandung berbagai macam zat yang baik untuk pertumbuhan si anak. Kandungan zat ini memang bervariasi, tergantung pada stadiumnya.
Ada tiga stadium ASI yaitu:
a) Kolustrum ASI; kolustrum merupakan sekresi kelenjar payudara yang merupakan cairan kental berwarna kuning, mengandung protein, vitamin A dan vitamin E, sodium, potasium dan chlorid yang agak tinggi. Kolustrum ini terjadi pada minggu pertama setelah persalinan.
b) ASI transisi; yaitu ASI yang terdapat di antara hari ke 7-10 selama dua minggu. Pada masa ini ASI berangsur berubah menjadi ASI yang matur. Kadar imunoglobin dan protein menurun, sedangkan kadar laktosa, lemak dan kalori meningkat.
c) ASI yang matur; pada saat ini komposisi biokimia ASI terdiri dari air (merupakan kandungan yang terbanyak), protein, lemak, karbohidrat dan mineral.
Pemberian ASI juga akan sangat berpengaruh pada perkembangan emosi dan sosial si anak, serta hubungan kasih sayang ibu dan anak. seorang bayi secara naluriah memiliki respon menangis, tertawa, memeluk, atau mengisap, yang semuanya membutuhkan kehadiran ibu.
ASI juga dapat menjadi penyelamat kehidupan ibu (life saving), karena pada saat si bayi lahir dan terjadi kontraksi rahim ibu, hanya sedikit saja terjadi pendarahan. ASI juga menurunkan resiko terjadinya kanker payudara dan kanker indung telur. Dengan memperpanjang waktu kembalinya menstruasi, ASI memberi kesempatan ibu membangun kembali zat besi dalam tubuhnya dan menghindari anemia (kekurangan darah).
Dengan pemberian ASI, maka terjadi hubungan ibu dan bayi (mother infant bonding) yang mesra, mengurangi sakit gigi "caries" anak, mengurangi kesalahan letak gigi (maloklusi) anak dan perlindungan terhadap kedinginan (hipotermi) serta alergi bayi. Jika ibu menyusui bayinya sampai dua tahun, perlindungan yang diperolehnya untuk tidak hamil hampir sama dengan usaha menggunakan "sistem kalender/ritme ataupun coitus interruptus/azal.

Mulai dari Ibu
Tingginya partisipasi angkatan kerja wanita memang sangat menggembirakan. Tetapi di sisi lain dengan suksesnya Program Keluarga Berencana yang menciptakan "Keluarga Kecil dan Sejahtera" maka diharapkan mereka memiliki dua anak yang berkualitas. Oleh karena itu perlu diupayakan secara sunggah-sungguh bagi pekerja wanita agar bayi mereka memperoleh haknya dalam pemberian ASI.
Memang banyak faktor yang menghambat pemberian ASI bagi wanita yang bekerja. Selain faktor waktu juga faktor seperti agama, adat, kondisi bayi atau ibu serta berbagai promosi iklan susu.
Sebenarnya tidak ada alasan seorang ibu untuk tidak memberikan ASI-nya. Karena itu faktor utama diberikan atau tidak ASI pada sang anak; tergantung pada keinginan sang ibu sendiri. Kalau sang ibu memang hendak memberikan ASI, sebaiknya sesaat setelah bayi lahir, si bayi sudah harus disusui. Karena langkah cepat ini akan memberikan rangsangan atau bahkan memperlancar proses keluarnya ASI.
Bayi yang baru lahir jangan diberikan cairan yang rasanya manis seperti madu atau air gula. Karena hal ini akan membiasakan si bayi menerima makanan atau minuman yang manis dan akan mengurangi nafsu bayi minum ASI. (nuk/dki)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar